Islamabad (ANTARA News) - Rakyat Pakistan marah terhadap serangan-serangan pesawat tak berawak AS di daerah suku yang makin meningkat dan penegasan perdana menteri bahwa kesabaran rakyat sudah habis sejauh ini adalah kata terkeras yang diucapkan pemimpin negara itu.

Perdana Menteri Syed Yusuf Raza Gilani tampil dengan komentar keras mengenai serangan udara Amerika itu Jumat, ketika dia berbicara dengan para koresponden diplomatik menegaskan bahwa: "Kesabaran rakyat Pakistan sudah habis terhadap serangan-serangan pesawat tak berawak AS itu."

Para pemimpin Amerika tak pernah memberikan sesuatu yang bermakna kepada kecaman rakyat Pakistan mengenai serangan pesawat tak berawak itu, pada saat mereka menyatakan serangan-serangan tersebut penting untuk menghantam sisa-sisa anggota Al Qaida dan Taliban, yang bersembunyi di wilayah Waziristan dan merancang serangan kepada pasukan asing yang menyeberang perbatasan ke Afghanistan.

Pakistan menegaskan bahwa serangan pesawat tak berawak tersebut kontra-produktif dan dapat membahayakan kerja sama anti-teror.

Mereka juga mengatakan bahwa serangan-serangan itu menciptakan masalah politik bagi pemerintah.

AS mengintensifkan serangan-serangan di wilayah sabuk suku Waziristan setelah gerilyawan Al Qaida Jordania menyerang pusat CIA di provinsi Khost, Afghanistan timur, Desember lalu.

Pelaku pemboman dalam suatu rekaman video muncul dengan ketua Taliban Pakistan Hakimullah Mehsood, dan penampilan videonya itu memicu peningkatan serangan pesawat tak berawak di Waziristan Utara.

Para pejabat AS mengatakan, sejumlah besar pejuang asing telah bersembunyi bersama gerilyawan Pakistan di daerah itu, setelah melarikan diri dari perang yang dipimpin AS di Afghanistan pada akhir 2001.

Sekitar 184 serangan pesawat tak berawak telah dilakukan sejak 2004, sebagian besar di daerah-daerah suku yang di perbatasan Afghanistan, dan sekitar dua lusin serangan dilancarkan sejak September tahun ini, kata laporan-laporan.

Sejumlah pemimpin senior Al Qaida dan Taliban, termasuk ketua Taliban Pakistan Baitullah Mehsud, telah tewas dalam serangan pesawat tak berawak.

Pihak militer AS bahwa jaringan Haqqani, yang dipimpin oleh Sirajuddin Haqqani, putra mantan komandan Taliban Jalaluddin Haqqani, yang berpangkalan di Waziristan Utara dan mengirimkan para pejuang ke tiga provinsi Afghanistan timur Paktia, Khost dan Paktika.

Media AS dan Pakistan telah melaporkan dari waktu ke waktu bahwa ada kesepahaman rahasia antara Pakistan dan AS mengenai serangan pesawat tak berawak itu.

Namun pendapat tersebut dibantah oleh Perdana Menteri Gilani ketika dia berbicara kepada para koresponden diplomatik di Islamabad Jumat.

Gilani menyebut bahwa mantan presiden Pervez Musharraf yang telah mengizinkan AS untuk melakukan serangan-serangan pesawat tak berawak di daerah-daerah suku untuk pengintaian.

Ketua Komite Intelijen Senat AS, Senator Dianne Feinstein pada Februari tahun lalu menyebutkan bahwa pesawat-pesawat tak berawak sedang diterbangkan keluar dari pangkalan Pakistan.

Beberapa jajak pendapat terakhir di Pakistan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga Amerika menunjukkan penentangan tajam kalangan rakyat Pakistan terhadap serangan-serangan itu.

Menunjukkan kemarahannya terhadap serangan-serangan pesawat tak berawak itu, Gilani juga mengatakan, pesawat-pesawat mata-mata AS itu hendaknya tidak menggunakan wilayah udara Pakistan, dan menambahkan bahwa mantan presiden Pervez Musharraf yang mengizinkan AS menggunakan pesawat mata-mata itu untuk operasi-operasi pengintaian, namun tidak untuk menembakkan rudal.

Melalui pernyataannya tentang serangan pesawat tak berawak itu Perdana Menteri Gilani berupaya mendinginkan situasi di negaranya berkaitan dengan masalah tersebut.

Banyak orang di Pakistan percaya bahwa Washington tidak mempercayai pasukan keamanannya dan mengapa AS tidak berbagi intelijen dengan pihak berwenang di Pakistan berkaitan dengan kehadiran para pemimpin Al Qaida dan Taliban.(*)

IRNA/H-AK/S004

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010