Yogyakarta (ANTARA News) - Erupsi Gunung Merapi yang ditandai dengan munculnya awan panas pada Selasa, pukul 17.02 WIB, dipastikan lebih besar dibanding tiga erupsi yang terjadi sebelumnya.

"Erupsi kali ini bersifat eksplosif dan lebih besar dibanding tiga letusan sebelumnya," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta di Yogyakarta, Selasa malam.

Menurut data hasil pemantauan di BPPTK, terjadi delapan kali luncuran awan panas yang dimulai sejak pukul 17.02 WIB selama sembilan menit, kemudian terjadi luncuran awan panas kedua selama empat menit pada pukul 17.18 WIB.

Awan panas ketiga terjadi pada pukul 17.23 WIB selama lima menit, pada pukul 17.30 WIB selama dua menit, 17.37 WIB selama dua menit yang diikuti awan panas besar pada pukul 17.42 menit selama 33 menit.

Pada pukul 18.16 WIB kembali muncul awan panas ketujuh selama lima menit dan diikuti awan panas besar pada pukul 18.21 WIB selama 33 menit dan dari Pos Pengamatan Selo terlihat nyala api dan kolom asap setinggi 1,5 kilometer (km) dari puncak Merapi.

Luncuran awan panas tersebut mengarah ke sisi barat daya, barat, selatan serta tenggara.

Pada pukul 18.00 - 18.45 WIB terdengar suara gemuruh yang terpantau dari Pos Pengamatan Jrakah dan Selo dengan suara dentuman tiga kali yaitu pada pukul 18.10 WIB, 18.15 WIB dan 18.25 WIB. Aktivitas Gunung Merapi mulai mereda pada pukul 18.54 WIB.

"Kami belum dapat menyebut bahwa masa krisis Merapi sudah mereda. Masih harus menunggu perkembangannya," katanya.

Surono mengatakan belum bisa memastikan ada pembentukan kubah lava baru karena kondisi cuaca yang masih kurang baik dan gelap sehingga tidak memungkinkan melakukan pengamatan dengan sempurna.

"Seluruh petugas pos pengamatan juga sudah ditarik, supaya tidak ada korban dulu. Yang penting adalah mengamankan masyarakat yang sudah selamat. Jangan coba-coba dulu naik untuk menyelamatkan orang yang masih terjebak di atas," ujarnya.

Surono juga menyatakan cukup menyesal dengan masih adanya korban akibat letusan Merapi, meskipun pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada masyarakat untuk segera mengungsi saat status Merapi dinaikkan menjadi awas pada Senin (25/10) pukul 06.00 WIB.

Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa seluruh masyarakat dilarang melakukan aktivitas di sungai yang berhulu di Merapi dengan radius 10 km dari puncak serta merekomendasikan pemerintah daerah untuk segera mengungsikan warganya yang tinggal dengan radius 10 km dari puncak.

Berdasarkan data sementara dari RS Dr Sardjito Yogyakarta seperti yang disampaikan staf Humas RS Sardjito Banu Hermawan, terdapat tiga korban luka bakar 80 persen.

"Ketiganya masuk ke Sardjito sekitar pukul 20.00 WIB, dan kini dalam penanganan intensif," katanya. (E013/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010