Sumenep, 30/10 (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), KH. Said Aqil Siradj berjanji segera menemui Presiden RI guna menyampaikan penolakannya terhadap rencana kenaikan pita cukai rokok.

"Jangan tergesa-gesa. Saya masih di Sumenep. Insya-Allah, setelah dari Sumenep, kami akan secepatnya menemui Presiden untuk menyampaikan penolakan atas rencana kenaikan pita cukai rokok yang katanya akan diberlakukan pada awal tahun 2011," katanya di Sumenep, Madura, Jawa Timur, Jumat (29/10) malam.

Said Aqil Siradj datang ke Sumenep untuk bersilaturrahmi dengan kalangan ulama di Pondok Pesantren Al Karimiyyah di Desa Beraji, Kecamatan Gapura.

"Kami sering berkomunikasi dengan Presiden, apalagi dengan Menteri Koordinator Bidang Kesra. Namun, kami memang belum pernah bicara tentang rencana kenaikan pita cukai rokok yang menurut kami akan memunculkan persoalan baru," katanya menuturkan.

Persoalan baru tersebut adalah potensi terjadinya pemutusan hubungan kerja karyawan pabrik rokok akibat menurunnya daya beli masyarakat.

"Ketika pita cukai rokok naik secara otomatis harga jualnya naik. Kondisi ini bisa membuat daya beli masyarakat turun dan selanjutnya produksi rokok turun yang pada akhirnya menimbulkan ancaman PHK massal," katanya mengungkapkan.

Ia mengatakan, industri rokok di Indonesia banyak merekrut tenaga kerja dan turut memberikan sumbangan besar dalam penyerapan tenaga kerja.

"Kami menolak rencana kenaikan pita cukai rokok itu untuk menghindari adanya PHK massal yang berarti akan menimbulkan banyaknya pengangguran," katanya menegaskan.

Kedatangan KH. Said Aqil Siraj di Ponpes Al Karimiyyah yang diasuh KH. A Busyro Karim yang Bupati Sumenep itu, disambut ratusan ulama setempat, di antaranya KH. Taufiqurrahman FM dan KH Jurjaiz Muzammil.

Ketika berkunjung ke Pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) milik PT HM Sampoerna Tbk di kawasan Rungkut Industri (SIER), Surabaya, Jumat siang, Said Aqil Siradj juga menyatakan menolak kenaikan pita cukai rokok per awal tahun 2011 karena dampak negatifnya bisa memicu tingginya angka pengangguran nasional. ***2***

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010