Sumenep (ANTARA News) - Penumpang Kapal Perintis "Kumala Abadi" yang mogok di Perairan Pulau Payangan, Kecamatan Nong Gunong, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tidak sabar menunggu kedatangan perahu yang akan melakukan evakuasi, Sabtu.

Salah seorang penumpang kapal, Rahman menjelaskan, kru kapal memberitahukan perahu yang akan mengevakuasi para penumpang ke pelabuhan terdekat akan tiba pada pukul 05:30 WIB.

"Namun, hingga sekarang perahu tersebut tidak datang. Kami sudah tidak sabar. Selain situasi di kapal mulai panas, kami juga mulai lapar lagi, karena bekal makanan dan minuman yang dibawa sudah habis dan stok di kantin kapal juga habis," katanya melalui telepon pada pukul 09:25 WIB.

Ia berharap pihak terkait segera mengirim perahu untuk mengevakuasi ratusan penumpang Kapal Perintis "Kumala Abadi".

"Tolong, kami ini terdampar di perairan (laut), bukan di darat yang dengan mudah bisa mencari makanan dan minuman maupun mencari sarana trasportasi alternatif. Jangan disuruh bersabar saja," kata Rahman dengan nada agak tinggi.

Sementara Kepala Kantor Administrator Pelabuhan (Adpel) Kalianget, JA Turmanto menjelaskan, pihaknya menyiapkan dua perahu untuk mengevakuasi 150 penumpang kapal perintis ke pelabuhan terdekat.

"Kalau tak ada kendala, perahu yang kami kirim untuk melakukan evakuasi penumpang kapal, akan tiba di lokasi dalam waktu sekitar satu jam lagi," katanya melalui telepon pada pukul 09:15 WIB.

Ia juga meminta stafnya yang ikut dua perahu tersebut untuk melakukan evakuasi penumpang secara hati-hati.

"Evakuasi penumpang akan dilakukan ke pelabuhan terdekat. Kami tidak memaksakan diri untuk mengevakuasi penumpang ke Pelabuhan Kalianget," katanya menuturkan.

Kapal Perintis "Kumala Abadi" berangkat dari Pelabuhan Batu Guluk, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, pada Jumat (29/10) malam sekitar pukul 19:00 WIB dengan mengangkut ratusan penumpang tujuan Kalianget.

Setelah berada di sekitar Perairan Pulau Payangan (sebelumnya diberitakan di Perairan Raas) pada pukul 01:00 WIB (30/10), mesin kapal tersebut mati dan hingga sekarang belum bisa diperbaiki.
(KR-DYT/F002)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010