Blitar (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar, Jawa Timur, berencana mengajukan alat pendeteksi dini tsunami, sebagai upaya mengantisipasi musibah banjir yang kemungkinan terjadi tsunami sewaktu-waktu di daerah itu.

"Kami belum mempunyai alat pendeteksi dini tsunami. Untuk itu, kami berencana mengajukan," kata Kepala Bidang Perlengkapan, Penanggulangan, dan Penyelamatan Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Blitar Katidjan, Sabtu.

Ia mengungkapkan, keberadaan alat itu sangat penting. Terlebih lagi, di Kabupaten Blitar ada empat pantai yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman penduduk. Jarak antara bibir pantai dengan pemukiman penduduk hanya sekitar 100 - 500 meter.

Ia menyebutkan, empat pantai yang dekat dengan pemukiman warga itu, antara lain Pantai Jolosutro di Desa Ringinrejo, Kecamatan Wates, Pantai Tambak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Pantai Serang di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo dan Pantai Pasur di Desa Pasur, Kecamatan Bakung.

"Karena kondisi dekatnya bibir pantai dengan pemukiman warga, sehingga adanya alat pendeteksi tsunami sangat diperlukan," katanya.

Ia mengungkapkan, sebenarnya sudah sejak awal tahun mengajukan anggaran untuk pembelian alat pendeteksi tsunami. Sayangnya, hal itu belum bisa terealisasi, karena tahun ini (2010) bersamaan dengan agenda pemilihan kepala daerah (Pilkada), sehingga anggaran banyak terpakai untuk kegiatan tersebut.

Karena tahun ini belum bisa mengajukan, Katidjan mengatakan, akan berupaya mengajukan tahun depan.

Ia berharap, kalangan dewan juga setuju terhadap pembelian alat itu, sebagai mitigasi jika bencana seperti banjir maupun tsunami benar - benar terjadi.

"Kami baru bisa mengajukan tahun depan, karena tahun ini tidak mungkin. Anggaran tahun ini banyak digunakan untuk pilkada," kata Katidjan.

Mengantisipasi hal buruk terjadi seperti tsunami, Katidjan mengungkapkan, selalu koordinasi dengan perangkat di bawah maupun anggota linmas.

Para petugas itu selalu melaporkan, setiap kejadian di daerah tersebut, termasuk berbagai kerusakan jika ada gempa.

Selain ancaman tsunami, lanjut dia, di wilayah Blitar juga rawan menjadi korban akibat letusan Gunung Kelud (1.730 mdpl).

Letak gunung itu berada di Kabupaten Kediri, namun dampaknya sangat terlihat di Kabupaten Blitar. Pengalaman letusan tahun 1910 lalu, material kelud banyak menimpa wilayah Blitar, dan menyebabkan kerugian baik materiil maupun fisik.

Ia juga sudah koordinasi dengan penjaga pos pantau Gunung Kelud, di Margomulyo, Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tentang kondisi terakhir gunung yang pernah aktif tahun 2008 tersebut.

"Untuk kondisi Kelud saat ini masih normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya berdasarkan laporan dari petugas pos pantau.

Walaupun begitu, pihaknya tetap meminta masyarakat waspada akan bencana yang terajadi sewaktu - waktu.
(ANT073/F002)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010