Mekkah (ANTARA News) - Wacana menggunakan Madinatul Hujjaj di Jeddah, Arab Saudi, kembali mencuat dan kerap menjadi bahan pembicaraan para petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia ketika bertemu di ruang makan Daerah Kerja Mekkah, dalam beberapa hari terakhir.

Saat berlangsung makan bersama, Sabtu (30/10) hingga Ahad ini, wacana penggunaan kembali Madinatul Hujjaj di Jeddah sebagai tempat transit sebelum jamaah haji diterbangkan kembali ke Tanah Air, sering kali dibicarakan.

Badrus, misalnya, yang menjadi penanggung jawab pool kendaraan operasional bagi penyelenggaraan ibadah haji menyebut bahwa kebijakan penggunaan Madinatul Hujjaj di Jeddah sebagai tempat transit sebelum jamaah diterbangkan ke Tanah Air perlu dipertimbangkan kembali.

Menurut dia, di Madinatul Hujjaj, Jeddah, wilayahnya sangat luas. Pantas dijadikan layanan terpadu atau layanan satu atap pada waktu-waktu mendatang.

"Kita sudah mengontrak tempat itu 10 tahun dan dibayar setiap musim haji. Tapi, kini malah kita menggunakan hotel, bukan Madinatul Hujjaj lagi sebagai tempat transit," katanya.

Pernyataan Badrus ini juga ditimpali rekannya, Haryadi. Katanya, dengan layanan satu atap saat pemulangan akan memudahkan koordinasi. Pengalaman beberapa tahun silam ketika wilayah itu dijadikan sebagai tempat transit jamaah haji Indonesia, keluhan jamaah haji tak terlalu besar.

Pasalnya, selain memudahkan koordinasi pemulangan jamaah juga jika terjadi penundaan penerbangan, pengaturan penginapan tak terlalu menyulitkan. Sebab, pelayanan sudah satu atap.

"Tidak seperti sekarang, jamaah ketika pulang, seperti digusur dari hotel," kata Hariyadi.

Sekarang, yang lebih banyak menikmati kenyamanan di Madinatul Hujjaj justru jamaah dari Malaysia. Padahal, beberapa tahun silam, jamaah dari negeri jiran itu kerap kurang "diurus" petugas Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, kata bebepa petugas PPIH lainnya.

Dewasa ini, di Madinatul Hujjaj, Indonesia hanya memanfaatkan sebagai pool kendaraan. Saat pemulangan jamaah, masih digunakan untuk menimbang barang jamaah haji Indonesia.

Padahal, jika wilayah itu juga dimanfaatkan sebagai penginapan, urusan pengurusan paspor, penimbangan barang jemaah, dan koordinasi antarpetugas bisa lebih mantap.

"Tidak seperti sekarang, jamaah terpecah-pecah menginap di berbagai hotel," ujar Badrus.

Madinatul Hujjaj merupakan wilayah bekas bandara lama di Jeddah. Kemudian, otoritas setempat memberikannya kepada Indonesia untuk dimanfaatkan bagi jamaah Indonesia yang tiap tahun meningkat menunaikan ibadah haji.(*)

E001/A041

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010