Lebak (ANTARA News) - Kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda, sepanjang Minggu, (31/10) mencapai 585 kali, karena itu statusnya masih dinyatakan "waspada" atau level III.

Masyarakat hanya diperbolehkan pada radius dua kilometer dari kawah gunung merapi tersebut.

Petugas pos pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Jumono, saat dihubungi, di Rangkasbitung, menjelaskan, kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau pada Minggu tercatat 585 kali di antaranya vulkanik A (dalam) 31 kali, vulkanik (dangkal) 228 kali, letusan 178 kali dan embusan 148 kali.

Selain itu, juga kondisi Gunung Anak Krakatau diselimuti kabut tebal akibat letusan tersebut.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat, mengingatkan nelayan maupun warga dilarang mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda karena sangat membahayakan terkena lontaran pijar.

"Kami hanya memberikan rekomendasi dua kilometer dari titik letusan itu," kata Jumono.

Menurut dia, jika mendekati kawasan Anak Krakatau dan terkena lontaran bebatuan pijar lava tentu akan berbahaya dan kemungkinan bisa meninggal.

Suhu batu pijar tersebut antara 600 sampai 800 derajat Celcius.

Sejauh ini, aktivitas kegempaan vulkanik Anak Krakatau masih fluktuatif dengan interval antara lima sampai 10 menit.

"Dengan interval sebesar itu tentu masih berlangsung kegempaan vulkanik dalam dan dangkal, letusan, serta embusan," jelasnya.

Sementara itu, sejumlah pengelola obyek wisata Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, mengaku selama ini pesisir pantai aman dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas kegempaan vulkanik Anak Krakatau.

"Saya seperti biasanya saja dan tidak takur menyusul aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau," kata Hendra (45) seorang pengelola obyek wisata pantai Carita, Kabupaten Pandeglang.
(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010