Baghdad (ANTARA News/AFP) - 37 orang Kristen termasuk dua pastor terbunuh ketika pasukan AS dan Irak menyerbu Katedral Baghdad untuk membebaskan lusinan sandera yang ditawan orang-orang bersenjata Al-Qaeda, kata para saksi mata dan pejabat Senin.

Pertumpahan darah, dimana 7 anggota pasukan keamanan juga terbunuh, terjadi sesudah gerombolan bersenjata menyerbu katedral Kristen Sayidat al-Nejat Suriah di distrik Karrada Baghdad pada waktu misa petang Minggu.

Seorang saksi mata mengatakan para penyerang langsung menembak seorang pastor saat memasuki katedral sementara jemaat menggerombol berdesak-desak ketakutan.

"Mereka masuk gereja dengan membawa senjata, mengenakan seragam militer. Mereka memasuki aula doa, dan langsung membunuh pastor," kata salah seorang sandera yang dibebaskan, berusia 18 tahun yang menolak untuk menyebutkan namanya.

"Kami mendengar banyak sekali tembakan dan ledakan, dan sejumlah orang terluka akibat jendela, pintu dan puing yang berjatuhan."

Jejak darah dan daging, tanda-tanda bekas peluru dan pecahan gelas mengotori katedral, kata seorang wartawan AFP yang datang kesana Senin.

"Keadaannya mirip medan perang," katanya.

Serangan tersebut diklaim oleh kelompok Al-Qaeda.

Gerombolan bersenjata menyerang katedral sesudah membunuh dua penjaga di dekat kantor pusat bursa saham Baghdad.

Diantara mereka yang terbunuh dalam pembantaian itu termasuk lima wanita, tujuh anak-anak dan dua pastor, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri dan para saksi mata. Sepuluh wanita, delapan anak dan seorang pastor diantara mereka yang terluka.

Lima penyerang terbunuh dan delapan ditahan, kata pejabat tersebut, menambahkan terdapat lebih dari 100 jemaat di katedral Baghdad pusat ketika para penyerang menyerbu masuk.

Para saksi mata mengatakan sandera menjejali aula doa utama ketika tembak menembak berlangsung melawan pasukan keamanan.

Uskup Kaldean dari Baghdad, Uskup Shlimoune Wardouni, mengatakan bahwa dua pastor terbunuh, dan seorang tertembak ginjalnya.

"Ini adalah duka yang mendalam, karena ini adalah tindakan tidak manusiawi. Bahkan binatang pun tidak saling melakukan hal ini," kata Wardouni.

Para pejabat mengatakan bahwa paling tidak salah seorang penyerang yang menyerbu katedral itu meledakkan diri menggunakan ikat pinggang bunuh diri ketika polisi melakukan upaya pertama memasuki katedral.

"Kami datang kesini untuk menolong polisi dan angkatan darat membebaskan para sandera, dan kami membebaskan mereka dengan bantuan orang-orang Amerika," kata seorang anggota unit anti teroris Irak kepada AFP.

Wardouni mengatakan sebelumnya bahwa para penyerang menuntut pembebasan tahanan yang ditahan di Irak dan Mesir.

Kelompok pemonitor SITE mengatakan Senin bahwa Negara Islam Irak, cabang Al-Qaeda setempat, telah mengklaim serangan Baghdad tersebut, dengan mengatakan para pejuangnya telah menangkap orang-orang Kristen dan juga memberi gereja Koptik di Mesir batas waktu 48 jam untuk membebaskan para wanita yang dikatakannya sedang ditahan oleh orang-orang Kristen.

Kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan di website jihadis mengatakan memberi Gereja Kristen Koptik di Mesir 48 jam untuk membebaskan para wanita Muslim "yang dipenjara di... biara-biara ketidakpercayaan dan gereja-gereja pemujaan berhala di Mesir."

"Ini merupakan operasi yang telah lama direncanakan," kata Yusef Mirkis, kepala gereja Dominikan Irak. "Jika Anda mengamati senjata dan bahan peledak yang digunakan, ini tidak mungkin direncanakan dalam satu dua hari," katanya.

SITE mengatakan ancaman tersebut muncul di tengah seruan jihadis dan sayap media Al-Qaeda kepada kaum Muslimin agar mengambil tindakan terhadap gereja Koptik Mesir terkait dugaan pemenjaraan dua wanita, keduanya istri para pastor Koptik.

Dikatakannya kaum jihadis percaya salah satu wanita itu telah memeluk Islam dan kemudian dipenjara dalam sebuah gereja, sedangkan yang kedua diduga ingin masuk Islam dan mengalami nasib yang sama.

Vatikan, Italia dan Prancis diantara yang pertama mengutuk penyanderaan di Baghdad.

Sekitar 800.000 orang Kristen tinggal di Irak pada 2003 namun jumlah mereka sejak itu menyusut menjadi 550.000 karena para anggota komunitas tersebut telah lari ke luar negeri, menurut para pemimpin Kristen.

Orang-orang Kristen Irak sering dijadikan target kekerasan, termasuk pembunuhan dan penculikan. Ratusan dibunuh dan sejumlah gereja diserang sejak invasi yang dipimpin AS untuk menggulingkan Saddam Hussein pada 2003.

"Yang jelas sekarang adalah bahwa mereka (orang-orang Kristen) semuanya akan pergi," kata Pius Kasha, vikaris Katolik Suriah Irak.

Kekerasan menurun di Irak sejak puncaknya pada 2006-2007, namun pemboman mematikan, tembak menembak dan penculikan masih rutin.

Militer AS secara resmi mengakhiri operasi tempur di Irak pada akhir Agustus, namun sekitar 50.000 tentara masih berada di negara itu. (ANT/K004/TERJ)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010