Caracas (ANTARA News) - Presiden Venezuela Hugo Chavez, yang merangkul media di dalam upayanya mendominasi gelombang udara Venezuela, merayakan pengikutnya yang ke-sejuta, Senin (1/11), di jejaring blog-mikro Twitter.

Pemimpin yang menjadi lambang itu, yang terkenal karena pidato sengit anti-AS, membuka akunnya pada April sebagai reaksi atas meningkatnya penggunaan jejaring sosial oleh partai oposisi yang mengkhawatirkan pembatasan terhadap pers jalur utama.

"Halo dunia cantik. Aku mau mengucapkan terima kasih kepada semua pengikutku. Kita telah melewati batas 1 juta! Woh! Kita akan terus menang," kata Hugo Chavez di dalam tweet perayaannya @chavezcandanga seperti dilaporkan AFP.

Dalam waktu hanya tujuh bulan, Hugo Chavez telah jadi pen-tweet paling kondang di Venezuela, dengan mengumpulkan 1.002.300 pengikut hingga pukul 18.45 GMT, Senin.

Presiden Venezuela itu, yang menghadapi setumpuk surat-menyurat, harus membuka departemen khusus untuk membacakan dan menanggapi pesannya di Twitter, banyak di antara mereka meminta pekerjaan atau perumahan.

Hugo Chavez, yang sangat aktif saat memulai, telah menjadi pen-tweet yang kurang bergairah dalam beberapa pekan belakangan, tapi masih menggunakan forum itu untuk membela semua tindakan pemerintahnya atau menambah komentar khususnya mengenai berbagai kejadian di dunia.

Di @chavezcandangalah ia pada Ahad mengucapkan selamat kepada Dilma Rousseff yang terpilihnya sebagai perempuan pertama Presiden Brazil dan pekan lalu menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya mantan Presiden Argentina Nestor Kirchner.

Bagi pengeritiknya, kepopuleran Hugo Chavez di Twitter cuma memperlihatkan keinginannya untuk mengendalikan media Venezuela dan membungkam suara oposisi.

Pemerintah sayap-kirinya mengoperasikan jaringan kerja menyeluruh atas media resmi, termasuk stasiun radio dan televisi, surat kabar dan kantor berita.

Presiden Venezuela tersebut dengan cepat berusaha menindak dan membatasi media oposisi dan sudah dikecam banyak kelompok hak asasi dan Amerika Serikat karena dipandang sebagai serangan terhadap kebebasan pers yang berlangsung terus-menerus.
(C003/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010