Palu (ANTARA News) - Bahasa Kaili tidak berkembang dengan baik sebab belum menjadi kebanggaan masyarakat penuturnya yang mendiami beberapa daerah Sulawesi Tengah, kata seorang peneliti di Palu, Rabu.

Ketua Dewan Pembina dan Pengembangan Budaya Kaili, Nurhayati Ponulele di Palu, Rabu, mengatakan berbahasa Kaili di kalangan masyarakat Kaili sindiri, terutama generasi mudanya belum menjadi kebanggaan.

"Bahasa ibu mereka tergantikan oleh Bahasa Indonesia. Fenomena ini terjadi di kota-kota," kata Murhayati dalam forum Kongres Bahasa Kaili di Palu.

Menurut Nurhayati, orang tua berandil besar atas terkikisnya kepercayaan diri generasi muda Kaili untuk bertutur bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari meskipun dalam komunitas Kaili sendiri.

Ini karena orang tua lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah di lingkungan keluarga.

"Di satu sisi memang baik dalam hal pengembangan bahasan Nasional namun pada sisi lain mengancam eksistensi bahasa Kaili," kata peneliti bahasa asal Universitas Tadulako Palu ini.

Nurhayati mengatakan Bahasa Kaili memiliki penutur paling banyak hingga 30 persen dari dua juta total penduduk Sulawesi Tengah.

Mereka umumnya mendiami Palu, Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan sebagian wilayah Kabupaten Tojo Una Una.

Potensi ini, kata dia, sejatinya menjadi modal untuk tetap terpelihara dan terus berkembang menjadi kebanggaan daerah.

"Sayangnya tantangannya justru datang dari para penutur bahasa Kaili itu sendiri," katanya.(*)

ANT/S027/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010