Jakarta (ANTARA News) - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta meliburkan kegiatan belajar mengajar dari 5 hingga 13 November 2010 karena kondisi yang semakin memburuk setelah letusan Gunung Merapi Kamis (4/11) tengah malam.

"UGM meliburkan kegiatan belajarnya sampai dengan 13 November nanti karena kondisi juga tidak memungkinkan, banyak debu yang menyelimuti langit dan kondisi juga tidak nyaman," kata dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Hasrul Hanif kepada ANTARA melalui telepon, Jumat.

Menurut dia, selain karena kondisi dan cuaca yang tidak memungkinkan, juga karena alasan psikologis di mana banyak pengajar, mahasiswa dan pegawai yang keluarganya kemungkinan terkena dampak letusan Gunung Merapi.

"Faktor psikologis juga diperhitungkan, memang tidak sampai UGM, tapi ada pegawai, pengajar maupun mahasiswa yang mungkin keluarganya terkena dampak letusan," katanya.

Sementara itu, Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Fahmi Yanuar Achmad mengatakan, pada Jumat ini, secara tiba-tiba diumumkan diliburkan.

"Tadi ke kampus, sampai di kampus disuruh pulang, diumumkan libur sampai tanggal 13 November sampai senin depan," katanya.

Ia juga mengatakan, banyak teman-temannya yang berasal dari luar Jawa yang mulai meninggalkan Yogyakarta untuk sementara waktu.

"Begitu pula dengan yang di luar Yogya, seperti di daerah Jawa Timur, sudah banyak yang pada mau pulang hari ini," katanya.

Sementara itu, dilaporkan, Gunung Merapi kembali bergolak. Pada Kamis malam mendekati Jumat dinihari suara gemuruh dari Gunung Merapi terdengar sampai kota Yogyakarta.

Hal ini menyebabkan kepanikan sebagian warga kawasan utara kota ini, dan terjadi peningkatan arus kendaraan yang melaju dari wilayah utara ke selatan.

Selain itu juga, hujan pasir halus cukup deras mengguyur wilayah Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Di sebagian wilayah Kabupaten Sleman listrik padamsejak pukul 00.50 WIB.

Kota Yogyakarta hingga pukul 02.15 WIB, Jumat, masih diguyur abu dan pasir dari Gunung Merapi, sementara gerimis di wilayah Kabupaten Sleman belum reda, sehingga menyebabkan benda yang terkena material vulkanik itu tampak kotor.

Hingga jumat siang, RS Umum Dr Sarjito mencatat 54 orang tewas akibat dan 67 korban lainnnya luka-luka.

(M041/A035/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010