Jakarta (ANTARA) - Perusahaan peneliti pasar (market research) global, Ipsos, pada Kamis mengumumkan hasil survei yang menyebutkan sebesar 60 persen masyarakat Indonesia mengakui jelasnya komunikasi pemerintah dalam penyampaian informasi terkait panduan pencegahan COVID-19.

Ipsos dalam siaran pers, Kamis juga mengumumkan, bahwa 53 persen masyarakat Indonesia puas terhadap bantuan yang diberikan pemerintah selama pandemi.

Baca juga: Legislatif minta penanganan COVID-19 gunakan pola komunikasi solutif

Di antara banyaknya program bantuan yang diberikan pemerintah, ada tiga program bantuan yang paling banyak didapatkan masyarakat yaitu program prakerja dengan presentase 24 persen, subsidi listrik 19 persen dan subsidi kuota internet 18 persen pada sektor pendidikan.

Dalam survei, masyarakat mengungkapkan bahwa ketiga program bantuan tersebut juga dirasa paling bermanfaat antara lain program prakerja (35 persen), subsidi listrik (26 persen), dan kuota internet (25 persen) untuk menunjang pembelajaran daring.

Data di atas merupakan hasil survei gelombang keempat yang dilakukan Ipsos untuk memahami perkembangan opini dan perilaku konsumsi masyarakat di Asia Tenggara selama pandemi.

Survei itu digelar online pada 16 – 24 Juni 2021 yang mencakup negara Asia Tenggara: Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Survei itu merupakan bagian dari rangkaian survei Ipsos yang dilakukan sebelumnya, gelombang 1 pada Juni 2020, gelombang 2 pada September 2020, dan gelombang 3 pada Februari 2021.

Baca juga: Ketatkan pertahanan lawan COVID-19

Sentimen positif

Mayoritas masyarakat di Asia Tenggara memiliki sentimen positif terhadap situasi ekonomi nasional negara mereka. Dibandingkan dengan hasil survei gelombang 3 pada Februari 2021, terlihat semakin banyaknya masyarakat di negara Asia Tenggara yang menyatakan kondisi ekonomi nasional telah membaik.

Pada laporan survei Ipsos didapati bahwa 41 persen masyarakat Indonesia menyatakan bahwa kondisi ekonomi nasional dinilai semakin membaik.

Jika dibandingkan dengan hasil survei gelombang ketiga pada Februari 2021, hanya 25 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi pada saat itu baik.

Peningkatan signifikan ini, menunjukkan lebih banyak masyarakat Indonesia yang merasakan adanya pemulihan ekonomi nasional secara nyata.

Pemulihan ekonomi terasa semakin nyata, seiring dengan perbaikan situasi keuangan pribadi masyarakat. Secara keseluruhan, mayoritas masyarakat di Asia Tenggara (76 persen) merasa bahwa kondisi keuangan pribadi mereka membaik.

Singapura adalah negara dengan persentase masyarakat terbanyak yang mengakui kondisi keuangan pribadinya membaik (83 persen), disusul Vietnam dan Filipina (masing-masing 79 persen), Malaysia (76 persen), Indonesia sebanyak 75 persen, dan Thailand dengan persentase terendah (64 persen).

Baca juga: Bima Arya sebut satgas COVID-19 sepakat buka ruang komunikasi

Vaksinasi

Seperti halnya Indonesia, negara lain di Asia Tenggara terus gencar dalam pendistribusian vaksin kepada seluruh warga negaranya. Mayoritas masyarakat Asia Tenggara (82 persen) bersedia untuk divaksin dan 18 persen di antara mereka mengaku masih ragu. Dibandingkan dengan hasil survei gelombang ketiga pada Februari 2021 (79 persen), keinginan masyarakat untuk mendapatkan vaksin meningkat.

Peningkatan kebersediaan masyarakat untuk vaksin paling signifikan terjadi di Malaysia, dimana pada gelombang 3 sebesar 76 persen dan gelombang 4 sebesar 93 persen. Hal itu juga terjadi di Filipina, pada gelombang 3 diketahui hanya 68 persen dan meningkat pada hasil survei gelombang 4 menjadi 82 persen.

Adapun Singapura tidak mengalami perubahan, di mana pada survei sebelumnya 77 persen dan survei kali ini masih sama 77 persen.

Namun, berbeda yang terjadi di Thailand, Indonesia, dan Vietnam. Dimana kebersediaan masyarakat untuk divaksin terlihat adanya sedikit penurunan dibandingkan pada hasil survei sebelumnya.

Kebersediaan masyarakat Thailand untuk divaksin pada gelombang 3 sebesar 79 persen, sedangkan pada gelombang 4 ini turun menjadi 69 persen. Pada gelombang 3, 80 persen masyarakat Indonesia bersedia untuk mendapatkan vaksin, namun pada hasil survei terbaru ini, menurun menjadi 74 persen.

Begitu pula terjadi di Vietnam, dengan penurunan kebesediaan masyarakat untuk mendapat vaksin sebesar 2 persen, di mana pada gelombang 3, sebesar 94 persen, dan gelombang 4 sebesar 92 persen.

"Meningkatnya keraguan masyarakat untuk mendapatkan vaksin yang terjadi di Indonesia dan Thailand, dapat dipengaruhi oleh hoaks atau kesimpangsiuran informasi yang tersebar di masyarakat luas, terlebih mengenai isu vaksin," kata Soeprapto Tan, Managing Director Ipsos Indonesia dalam siaran pers.

Tren Konsumsi

Secara keseluruhan di negara Asia Tenggara, masyarakat lebih yakin mengenai keamanan pekerjaan mereka, terkait adanya pemutusan hubungan kerja atau PHK, dibandingkan pada hasil survei gelombang 2 (September 2020) dan 3 (Februari 2021).

Berdasarkan hasil survei Juni 2021, Vietnam dan Filipina adalah dua negara yang paling optimistis, dengan masing-masing persentase 23 persen, Indonesia 19 persen, Thailand 11 persen, Malaysia 7 persen, dan terakhir Singapura 4 persen.

Dari sisi konsumsi, pada umumnya konsumen di Asia Tenggara masih menahan pengeluaran dan berhati-hati dalam membeli produk (82 persen).

Satu dari dua konsumen masih melakukan penimbunan bahan makanan dan produk personal, 32 persen konsumen mengaku membeli merek dan produk baru yang sebelumnya mereka tidak membeli, dan hanya 20 persen konsumen mulai berani membeli perlengkapan rumah tangga yang lebih mahal dibandingkan sebelumnya.

Kategori produk cooking at home (46 persen), personal care (28 persen), dan produk kebersihan (34 persen) masih akan tetap lebih banyak dibelanjakan oleh konsumen dibandingkan sebelum pandemi, meskipun pembatasan tidak lagi dilakukan.

Sedangkan untuk pembelian besar seperti rumah dan mobil, pada hasil survei kali ini terlihat adanya tren positif di negara Asia Tenggara, meskipun peningkatannya belum signifikan.

Keyakinan konsumen untuk melakukan major purchase, terlihat meningkat paling signifikan di Vietnam 12 persen, dari periode sebelumnya hanya 7 persen. Untuk periode survei ini, Indonesia (6 persen), Malaysia (4 persen), dan Singapura (4 persen) masing-masing keyakinan konsumen meningkat 1 persen dibandingkan periode survei lalu.

Keyakinan konsumen, Filipina meningkat 2 persen dari gelombang 3 sebesar 10 persen, dan gelombang 4 sebesar 12 persen. Berbeda dengan Thailand, yang justru keyakinan konsumen untuk melakukan major purchase berkurang, hasil survei Februari 2021 sebesar 7 persen sedangkan survei Juni 2021 menjadi sebesar 6 persen.

"Di Indonesia sendiri, kita lihat adanya tren peningkatan untuk pembelian mobil dan rumah, meskipun masih relatif rendah. Adanya peningkatan persentase ini bisa dipengaruhi oleh kebijakan stimulus Pemerintah berupa pemberian insentif pajak untuk sektor otomotif dan properti yang masih berlangsung ketika survei ini diselenggarakan. Selain itu kondisi ekonomi nasional dan keuangan pribadi yang dinilai membaik, tentu memberikan keyakinan sendiri pada masyarakat,” ujar Soeprapto.

Kesehatan Mental

Pandemi mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Tak hanya khawatir terhadap penularan dan penyebaran COVID-19, masyarakat pun dibayangi oleh dampak yang disebabkan pandemi ini, seperti di sektor ekonomi dan keuangan pribadi, adaptasi dengan rutinitas dan kegiatan sosial baru, seperti skema bekerja dari rumah work from home, skema pembelajaran online, dan lainnya.

Mengenai kesehatan mental, 47 persen masyarakat di Asia Tenggara mengaku tidak ada perubahan berarti pada kesehatan mental mereka selama 6 bulan terakhir, 39 persen mengaku merasa lebih buruk, dan 14 persen merasa lebih bahagia dibandingkan sebelumnya.

Tak jauh berbeda, masyarakat Indonesia di mana 49 persen di antaranya merasa kondisi kesehatan mental mereka tidak mengalami perubahan signifikan, 35 persen merasa lebih buruk, berada di dalam tekanan atau stres, dan 16 persen mengaku lebih bahagia dibandingkan dengan 6 bulan sebelumnya.

Di Thailand terdapat satu dari dua masyarakat merasa kesehatan mental mereka buruk saat ini.


Baca juga: Pengamat: Program vaksinasi COVID-19 mesti dimanfaatkan masyarakat

Baca juga: Epidemiolog: Perkuat komunikasi risiko cegah penolakan vaksinasi

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021