Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto melepas ekspor perdana telur tetas (hatching egg, HE) ke Myanmar dan Vietnam,  yang sebelumnya Indonesia biasa mengimpor telur untuk dijadikan ayam potong dan petelur tersebut.

"Ekspor telur tetas parents stock di saat pandemi ini luar biasa. Biasanya kita impor sekarang bisa ekspor ke Myanmar dan Vietnam,” kata Airlangga dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut Ailangga,  ekspor HE di tengah pandemi merupakan prestasi. Dia menyebut eksportir HE biasanya adalah perusahaan peternakan raksasa atau integrator, namun kini dilakukan oleh perusahaan lokal yang mengekspor HE ke beberapa negara di saat pandemi Covid-19.

Dia berharap ekspor telur tetas Indonesia ke beberapa negara dapat dipertahankan agar jangan sampai disaingi oleh negara lain. Dia mencontohkan ekspor komoditas kopi Indonesia ke Vietnam pada tahun-tahun yang lalu. “Dulu kita ekspor kopi ke Vietnam, sekarang Vietnam surplus, kita disalip,” kata Airlangga.

Komisaris Utama Janu Putra Group Singgih Januratmoko memerlukan impor Grand Parents Stock (GPS) atau indukan untuk meningkatkan ekspor HE ke Myanmar, Vietnam, dan negara-negara Afrika. Menurut data Janu Putra Grup, negara-negara itu membutuhkan 2 juta butir HE per tahun.

Singgih mengatakan PT Januputra Sejahtera sejak tahun lalu sudah mulai merintis dan membidik pasar mancanegara. Salah satu peluangnya adalah kebutuhan HE parents stock ayam broiler di Myanmar, Afrika, Kamboja, dan Vietnam.

“Sebagai perusahaan perunggasan yang bergerak di hulu atau pembibitan, ada peluang kebutuhan parent stock (PS) ayam broiler di kedua negara itu. Akhirnya kami mendapat pasar untuk mengirim secara reguler,” jelas Singgih.

Ekspor perdana ini ditujukan ke Myanmar sebanyak 166.000 butir telur tetas PS. Dari jumlah tersebut akan menghasilkan sedikitnya 24 juta ekor final stock ayam broiler.

“Tahap awal pada Agustus ini kami ekspor 66.000 butir HE dan pada September 99.000 butir,” ujar Singgih yang juga Ketua Umum Perhimpunan Insan Petunggasan Rakyat (Pinsar Indonesia).

Selain ke Myanmar, PT Januputra juga akan mengekspor telur tetas PS ke Vietnam sebanyak 145.000 butir yang nantinya menghasilkan 21 juta ekor anak ayam atau Final Stock DOC (day old chicken). “Ekspor ke Vietnam kami lakukan November dan Desember tahun ini,” dia menambahkan.

Upaya ekspor yang dilakukan PT Januputra, selain menunjukkan kemanpuan peternak dalam negeri untuk bersaing di pasar global, juga sebagai antisipasi over supply produksi ayam broiler yang sudah terjadi tiga tahun terakhir.

“Ini bentuk komitmen kami untuk mengatasi masalah over supply produksi ayam broiler sehingga diharapkan bisa membantu peternak mandiri di dalam negeri,” kata dia.

Sub sektor peternakan, khususnya kontribusi dari petunggasan pada masa pandemi ini mampu meningkatkan pertumbuhan sekitar 7 persen. Singgih menyebutkan salah satu upaya dengan terus mencari peluang di pasar mancanegara. “Ini bagian dari kepedulian peternak mandiri yang non integrator,” katanya.

Untuk bisa melakukan ekspor yang berkelanjutan dengan negara tujuan yang lebih banyak serta volume yang yang besar, kata Singgih, Kementerian Pertanian harus konsisten dengan komitmennya membantu perusahaan yang melakukan ekspor. Salah satunya dengan memberikan reward penambahan produksi Grand Parent Stock (GPS).

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021