Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR Marzukie Alie meminta semua pihak menghormati Dewan Gelar Tanda Kehormatan dan Tanda Jasa yang memutuskan mantan Presiden Soeharto dan Abdurahman Wahid belum mendapat gelar pahlawan nasional tahun ini.

"Kebijakan tersebut jangan diartikan bahwa pemerintah menolak Soeharto sebagai pahlawan," katanya kepada pers di Jakarta, Kamis.

Marzuki mengatakan, pemberian gelar pahlawan harus ada keikhlasan dan pemberian gelar bagi almarhum Soeharto bukan persoalan tepat atau tidak. "Mungkin sekarang belum saatnya, mungkin ke depan ada saatnya." katanya.

Dia menambahkan bahwa keputusan pemerintah untuk belum menetapkan mantan Presiden Soeharto dan Abdurahman Wahid sebagai pahlawan sebagai keputusan yang bijak. Pemerintah menghindari kontroversi yang bisa menimbulkan perpecahan jika hal itu tetap dipaksakan.

"Apa artinya suatu gelar tapi menimbulkan perpecahan di anak bangsa. Persoalan kita `kan banyak, jika tidak setuju sesuatu demo, seperti juga pemberian gelar ini. Ini jadi tidak baik. Jadi nantilah mungkin untuk

berikutnya bisa dipertimbangkan kembali dan sekarang mungkin belum saatnya," ujar Marzuki.

Menurut dia, keputusan pemerintah juga jangan dilihat sebagai penolakan namun ini masalah waktu saja. "Kita tahu Pak Harto ada jasanya dan Gus Dur pun demikian. Karena itu kita tunggu saja waktu yang tepat untuk pemerintah nanti memberikan gelar pahlawan," kata mantan Sekjen Partai Demokrat itu.

Namun Ketua DPP Partai Golkar bidang politik dan hubungan antarlembaga Priyo Budi Santoso menyesalkan hal itu. Meski demikian, pihaknya dapat mengerti segala alasan dan menghargai semua keputusan yang diberikan oleh pemerintah.

"Ini bukan karena pemerintah menolak Pak Harto maupun Gus Dur mendapatkan gelar pahlawan nasional. Saya tadi nyaman atas penjelasan informal yang diberikan oleh Menko Polhukan Pak Djoko (Suyanto), ini hanya faktor mengenai `timing`. Kalau itu soalnya, saya bisa mengerti," ujarnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar pahlawan nasional 2010 kepada (alm) Dr Johannes Leimena dan (alm) Johanes Abraham Dimara. Keduanya diberikan gelar pahlawan atas rekomendasi dari Sekretariat Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan.

Menurut Priyo, kedua mantan presiden itu sangat layak untuk mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional. Priyo berpendapat, dibalik segala kelebihan dan kekurangannyanya, Pak Harto dan Gus Dur adalah putra terbaik yang telah dilahirkan oleh Bangsa Indonesia.

"Mestinya mereka layak untuk mendapatkan penghormatan dari negara sebagai pahlawan nasional. Sebab, kalau kita cari satu per satu kesalahan orang, pasti semuanya memiliki kesalahan. Tapi `kan jasa mereka sangat besar," kata Priyo yang juga Wakil Ketua DPR RI.(*)
(ANT/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010