Jakarta (ANTARA News) - Jumlah pengungsi di tiga kabupaten di Jawa Tengah yakni Magelang, Klaten dan Boyolali, sekitar 260 ribu pengungsi. Namun demikian tenaga ahli kejiwaan yang tersedia ternyata sangat terbatas.

Menanggapi hal ini, anggota Komisi IX DPR RI dr Nova Riyanti Yusuf SpKJ di Magelang, Sabtu, mengatakan, perlu ada program "Training of Trainer (ToT)" tentang kejiwaan dari pemerintah untuk para relawan, utamanya tenaga kesehatan di Puskesmas.

Dalam siaran persnya, ia menyatakan, dalam program inilah mereka diberikan pengetahuan kesehatan jiwa sesuai dengan ketentuan dan draft Kementerian Kesehatan.

Pasalnya, kata Nova, para relawanlah yang setiap hari mengurus dan menangani para pengungsi. Mereka merupakan orang pertama yang seharusnya bisa mengurangi gangguan kejiwaan tersebut.

"Nanti setelah masa tanggap darurat selesai dan relawan pulang menjadi tugas Puskesmas untuk melakukan pendampingan. Selama ini Puskesmas masih belum memberikan hal penanganan kejiwaan itu," kata dr Nova saat meninjau pengungsi di Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabuapten Magelang, Sabtu.

Dr Nova bersama Ketua Komisi VIII DPR RI H Abdul Kadir Karding berkeliling ke tempat para pengungsi. Dalam kunjungannya di hari ke lima, mereka khusus menyoroti gangguan kesehatan jiwa.

Menurut Abdul Kadir Karding, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, juga perlu menerjunkan tim yang terdiri dari para ahli agama, untuk memberikan pencerahan sekaligus motivasi hidup.

"Sayangnya sejauh ini, kami belum melihat peranan dari Kementerian Agama dalam penanganan pengungsi. Padahal Menteri Agama bukan menteri haji, ia juga harus turun ke lokasi bencana," kata Karding.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah Djarot Nugroho membenarkan adanya sejumlah pengungsi yang sudah masuk RSJ. Banyak hal yang membuat pengungsi mudah mengalami depresi. Selain trauma akan letusan, mereka juga tertekan secara kejiwaan lantaran kehilangan keluarga atau harta bendanya.

"Apalagi selama di lokasi pengungsian, mereka tidak ada variasi aktivitas sehigga merasa jenuh. Kondisi ini membuat pikiran mereka tak bisa dialihkan ke hal lain selain bencana. Sejauh ini kita sudah melakukan berbagai upaya termasuk trauma healing," kata dia.

Sementara itu, menurut Koordinator Penanganan Kesehatan Jiwa Jateng-DIY Kementerian Kesehatan Inu Wicaksana, bahwa  Jawa Tengah baru memiliki tenaga ahli kejiwaan 19 orang yakni tujuh psikolog dan 12 psikiater. Jumlah ini tentu masih jauh dari angka kecukupan.

Sedikitnya 515 pengungsi di DIY dan Jateng mengalami stres dan depresi. Sebanyak 39 iantaranya harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa di Magelang dan Klaten karena tergolong stress berat.

Sementara di Sleman sekitar 377 mengalami depresi. "Minimal di Jateng ada sekitar 30
psikolog. Itu jumlah yang ideal," katanya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010