Yogyakarta (ANTARA News) - Bahaya dari Gunung Merapi tidak hanya letusan dan awan panasnya, tetapi endapan material vulkaniknya di seluruh sungai yang berhulu di gunung ini jika terbawa air hujan bisa menimbulkan banjir lahar.

"Endapan lahar secara umum telah teramati di seluruh sungai yang berhulu di Gunung Merapi ke arah tenggara, selatan, barat daya, barat hingga barat laut," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, di Yogyakarta, Sabtu.

Ia menyebutkan sungai-sungai itu, yakni Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Tringsing, dan Kali Apu.

Menurut dia, dari CCTV di Deles, tampak api diam pada pukul 01.16 WIB. Sedangkan endapan material vulkanik yang menumpuk di puncak Merapi berwarna cokelat keruh. Sebagian material vulkanik karena terguyur hujan kini telah mengaliri sungai-sungai yang berhulu di Merapi.

Aliran lahar tampak berwarna cokelat keruh membawa material sedimen tanpa membawa material batuan maupun kayu/pohon di Jembatan Pogunglor, dan ketinggian air sungai saat itu dua meter.

"Di Dusun Lempongsari Desa Plemburan masyarakat melakukan evakuasi mandiri. Sebanyak 22 kepala keluarga mengungsi. Di jembatan Sayidan, air sungai setinggi setengah meter," katanya.

Dengan adanya laporan tersebut, aktivitas Merapi masih tinggi, dan statusnya masih "awas" atau level empat, dengan ancaman bahaya berupa awan panas serta lahar dingin.

Surono mengatakan intensitas erupsi Merapi berdasarkan pengamatan PVMBG pada Sabtu dini hari pukul 00.00 hingga pukul 07.00 WIB masih tinggi, sehingga masyarakat diminta tetap waspada.

Hasil pemantauan kegempaan menunjukkan sepanjang Sabtu dini hari terjadi tujuh kali gempa vulkanik, tremor beruntun, 11 guguran, dan sekali gempa tektonik. Sedangkan awan panas, tidak terjadi dari pukul 24.00 hingga pukul 07.00 WIB .

Ia mengatakan pemantauan mudah dilakukan karena cuaca cerah sejak Sabtu dini hari hingga pagi. "Dari pos pengamatan di Ketep dapat diamati asap keluar dari puncak gunung sepanjang waktu dengan tinggi maksimal 1.200 meter berwarna putih kecokelatan dengan intensitas pekat, dan condong ke selatan hingga barat daya.

Sementara itu, tujuh "backhoe" dikerahkan untuk mengeruk pasir yang mendangkalkan Sungai Code, Kota Yogyakarta akibat adanya lahar dingin dari Gunung Merapi.

"Peralatan `backhoe` ini akan disiagakan untuk membantu pengerukan Sungai Code selama 10 hari," kata Komandan Kodim 0734 Yogyakarta Letkol Arudji Anwar, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pendangkalan Sungai Code tersebut harus diantisipasi dengan cara pengerukan agar saat terjadi banjir lahar dingin kiriman dari Kali Boyong yang menjadi hulu Sungai Code, sungai di Kota Yogyakarta tersebut mampu menampung limpahan material tersebut dan tidak meluap ke permukiman warga yang berada di bantaran sungai.

Selain dibantu oleh tujuh "backhoe", pengerukan Sungai Code tersebut juga dibantu 600 personel TNI, polisi, pengusaha dan juga masyarakat di sekitar sungai tersebut.

"Pasir yang telah dikeruk tersebut akan diangkat ke samping sungai dan digunakan untuk meninggikan tanggul," kata Arudji Anwar yang menyebut pengerukan sungai tersebut bukan hanya menjadi tugas dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
(U.V001/M008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010