Tanggamus (ANTARA News) - Pengusaha kopi luwak di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung terkendala permodalan dan pemasaran.

"Usaha kopi luwak membutuhkan modal tidak sedikit, selain itu terkendala pemasaran, sehingga petani yang membuat kopi luwak di Tanggamus belum dapat mengembangkan produk ini," kata petani di Dusun Penyandingan Pekon (Desa) Sedayu Kecamatan Semaka, Tanggamus, Darti Suratmi (49) sekitar 125 Km dari Bandarlampung, Minggu.

Dia mengakui, kopi luwak di Kabupaten Tanggamus Lampung tergolong langka, sebab produksi dari petani hanya terbatas pada pesanan saja.

Faktor lain yang mengakibatkan petani tidak melirik produk tersebut diantaranya minimnya sarana juga susahnya penjualan kopi luwak, sehingga dari segi ekonomi, penge,mbangan kopi luwak termasuk lambat dari hasil produk lain, walau pun harga kopi luwak cukup menjanjikan.

"Butuh perhatian serius dari pemerintah untuk menggalakkan lagi usaha kopi luwak, selain itu pemerintah dapat membantu petani kopi tersebut akan akses pemasaran, sehingga komoditas ini dapat berkembang dan mampu menopang perekonomian masyarakat," katanya.

Tanggamus sebagai wilayah memiliki area perkebunan sangat luas, dan kopi merupakan komoditas unggulan di daerah tersebut sehingga daerah itu dikenal sebagai salah satu sentra kopi di Provinsi Lampung.

Sementara upaya yang dilakukan pengusaha kopi luwak dalam pemasaran produknya terus dilakukan, karena masalah pemasaran menjadi batu sandungan yang dapat mengancam kelangsungan usaha mereka.

Harga kopi luwak bubuk mencapai Rp900.000 per kilogram hingga Rp1.000.000 per kilogram, sedangkan harga kopi luwak glondong, atau yang masih berbentuk bulatan mencapai Rp200.000 per kilogram.

Selain memiliki rasa yang nikmat, kopi luwak dipercaya berkhasiat, sehingga produk kopi luwak semakin digemari.

"Saya berharap semua pihak dapat membantu pengusaha kopi luwak untuk memasarkan produk unggul ini, sehingga pengusaha kopi luwak dapat berkembang," katanya.
(T.ANT-246/T013/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010