Magelang (ANTARA News) - Warga di sejumlah desa terakhir lereng barat Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kesulitan mendapatkan air bersih dari sumber setempat karena infrastrukturnya rusak terkena dampak letusan gunung berapi itu.

"Hari ini kami bekerja bakti memperbaiki saluran air dari `Tuk Cacaban`, pipa paralonnya rusak dan hanyut karena banjir lahar dingin di kali itu," kata Ketua RT 02 RW 08 Dusun Tontro, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sidal (43), di Magelang, Senin. "Tuk" adalah istilah Jawa untuk "mata air".

Jarak Tuk Cacaban sekitar lima kilometer barat puncak Gunung Merapi, sedangkan jarak tuk itu hingga dusun setempat sekitar dua kilometer.

Sekitar mata air itu telah dibangun bak penampung air seluas lima meter persegi yang kemudian dipasangi pipa paralon hingga ke pemukiman warga setempat.

Ia mengatakan, tiga hari lalu warga setempat juga kerja bakti memperbaiki kerusakan sarana air bersih tersebut setelah terjadi banjir lahar dingin di Kali Cacaban.

Tetapi, katanya, banjir lahar susulan yang melewati sungai itu mengakibatkan kerusakan susulan mata air setempat.

Jumlah warga Dusun Tontro sekitar 180 kepala keluarga atau 590 jiwa. Sebagian besar warga setempat hingga saat ini masih berada di penampungan pengungsi di Muntilan, sedangkan pada malam hari sekitar 10 orang berjaga di dusun setempat.

Sejak sekitar pukul 07.00 WIB puluhan lelaki warga dusun setempat membawa berbagai peralatan terutama parang, sabit, dan cangkul berjalan kaki melewati jalan desa itu menuju Tuk Cacaban untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur mata air itu.

"Mungkin butuh waktu satu bulan lebih untuk memperbaiki kerusakan jaringan air bersih ini hingga normal," katanya.

Kepala Dusun Karanganyar, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kemis (47), mengatakan, warga setempat yang berjumlah 45 KK atau 130 jiwa juga mengandalkan pasokan air bersih dari Tuk Cacaban.

"Dua hari lalu kami berlima mengecek dan memperbaiki kerusakan saluran air bersih dari tuk itu, sekarang rusak lagi," katanya.

Jarak dusun setempat hingga Tuk Cacaban sekitar satu kilometer.

Ia mengatakan, sejumlah warga yang berjaga di dusun setempat kini menggunakan air bersih dari pancuran Kali Cacaban yang berjarak sekitar setengah kilometer dari pemukiman setempat.

Sekitar pukul 09.00 WIB sejumlah warga setempat tampak membawa beberapa jerigen dan menggunakan gerobak dorong berjalan kaki dari dusunnya untuk mencapai jembatan di atas kali itu.

Mereka kemudian berjalan kaki mengambil air untuk keperluan darurat sehari-hari saat Merapi masih berstatus "awas".

Seorang warga Dusun Bojong, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Tris Gimin (49), mengatakan, infrastruktur air bersih dari Tuk Ngandong, di alur Kali Lamat sekitar 6 kilometer barat puncak Gunung Merapi, untuk pasokan air ke dusun setempat juga rusak akibat banjir lahar dingin.

"Sudah empat kali beberapa warga di sini mengecek dan memperbaiki kerusakan, tetapi cek dam Lamat masih terjadi banjir lahar dingin susulan, sehingga rusak lagi. Mulai Minggu (15/11) pipa airnya rusak lagi tertutup material," katanya.

Bak utama penampung air di tuk itu seluas tiga meter persegi tertutup puluhan pohon bambu yang tumbang akibat hujan abu vulkanik Merapi secara beruntun beberapa waktu lalu. Jarak Tuk Ngandong hingga Dusun Bojong sekitar 3,5 kilometer.

Tuk Ngandong itu sebagai salah satu pemasok air bersih untuk warga Dusun Bojong yang berjumlah sekitar 70 KK atau sedikitnya 600 jiwa. Sebagian besar warga setempat hingga saat ini masih mengungsi di beberapa penampungan di Muntilan.

Ia mengatakan, Tuk Blongkeng, sumber air lainnya untuk warga setempat juga rusak akibat banjir lahar dingin sehingga aliran air bersih ke dusun itu juga mati.
(U.M029/M028/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010