Boyolali (ANTARA News) - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawan Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, puncaknya diselimuti kabut tebal sehingga tidak terpantau jelas dari wilayah Kecamatan Selo, Boyolali.

Pantauandi Selo, Boyolali, Selasa pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, menyebutkan, kabut tebal masih menyelimuti puncak Merapi, sehingga tidak tampak jelas adanya asap yang mengepul ke luar gunung teraktif di dunia itu.

Namun, berdasarkan hasil pantauan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, aktivitas Merapi erupsi masih berlangsung dengan intensitas yang tinggi.

Menurut Petugas Pos Pemantauan Gunung Merapi Jrakah, Selo, Tri Mujianto, pos Jrakah saat ini, masih kosong, karena aliran listrik masih mati, sehingga alat seismograf tidak dapat memantau berfungsi.

"Saya saat ini bergabung dengan Pos Pengamatan Ketep, Magelang dan Pos Jrakah dikosongka, kata Tri.

Menurut Tri, Gunung Merapi hingga saat ini statusnya masih awas, sehingga Pos Jrakah yang jaraknya hanya sekitar 5,5 kilometer dari puncak masih berbahaya.

Data hasil pemantauan Gunung Merapi, Senin (15/11) hingga pukul 24.00 WIB, gempa vulkanik mencapai 34 kali, guguran 25 kali, dan awan panas tidak terjadi.

Sementara Asisten III Bidang Kesra Setda Boyolali, yang juga Koordinator Penanggulangan Bencana, Syamsudin, menjelaskan, masyarakat yang masih mengungsi akibat bencana Merapi di Boyolali, hingga saat mencapai 8.861 jiwa, mereka bertahan di 12 titik pengungsian.

Masyarakat di Selo yang sudah kembali ke rumah masing-masing sekitar 60 persen dari sekitar 12 ribu kepala keluarga lebih yang ada.

Pihaknya terus mengikuti hasil keputusan oleh Badan Nasional Penanggunlangan Bencana (BNPB) yang mengetahui perkembangan Merapi.

Kendati demikian, pemkab tetap mengimbau kepada warga di kawasan rawan bencana (KRB) di Boyolali, untuk tetap bertahan di tempat pengungsian atau radius 10 kilometer dari puncak.

Karena, kata Syamsudin, aktivitas Merapi masih tinggi sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa khususnya di lereng Merapi.
(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010