Los Angeles (ANTARA News) - Bila berbicara soal tinju, promotor veteran Bob Arum dengan karir yang membentang hampir setengah abad, menegaskan bahwa ia tidak meragukan lagi kalau Manny Pacquiao adalah petinju terbaik sepanjang masa.

Sepanjang karirnya sebagai promotor, Arum telah bekerja sama dengan sederet nama-nama terkenal, diantaranya Muhammad Ali, Sugar Ray Leonard, Marvin Hagler dan Roberto Duran, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Tapi dalam pandangan Arum, tidak ada diantara petinju diatas yang bisa menandingi dominasi yang diperlihatkan oleh pahlawan Filipina itu.

"Saya melihat Manny sebagai yang terbaik, termasuk Ali. Ali adalah petinju besar yang mempunyai kontribusi luar biasa dan adalah tidak adil jika memperbandingkan Ali dengan petinju sekecil Pacquiao," kata Arum.

"Tapi saya juga melihat soal ketrampilan, Pacquiao lebih cepat. Anda bisa mengatakan bahwa karena tubuhnya yang kecil ia bisa cepat, tapi Ali mempunyai kekuatan pada tangan kanan. Tangan kirinya mampu melancarkan pukulan jab dan melakukan apa saja, tapi tidak terlalu kuat," katanya.

Menurut pandangan Arum, dengan tinggi hanya 1,69 meter, Pacquaio berbeda dengan petinju lain karena ia memiliki ketrampilan yang tinggi.

"Tangan kanan dan kirinya mempunyai kekuatan yang hampir sama dan itu yang menghancurkan lawannya," kata promotor yang sekarang sudah berusia 78 tahun itu.

"Petinju lain berlatih untuk menghadapi petinju tangan kiri sehingga mereka harus hati-hati dengan tangan kiri tersebut, tapi sebelum mereka menyadarinya, mereka sudah habis dihujani pukulan kanan lawan," katanya.

Pacquiao yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Filipina, semakin mengukuhkan diri sebagai atlet papan atas dunia menyusul kemenangan angka mutlak atas petinju Meksiko Antonio Margarito Minggu lalu di Dallas.

Ia pun kemudian tidak tertahankan untuk meraih gelar juara dunia untuk kedelapan kalinya di delapan kelas berbeda.

Pacquaio yang meski bertubuh lebih pendek, membuat lawan yang bertubuh lebih besar tidak berkutik dengan melancarkan senjata pukulan cepat dan bertenaga.

Pada beberapa ronde terakhir, bagian bawah mata kanan Margarito pun terkoyak dan ia tidak mampu lagi menghentikan Pacquaio untuk meraih gelar juara dunia super welter WBC yang lowong.

"Saya belum pernah melihat pertarungan seperti itu. Tidak dengan Sugar Ray Leonard, Marvin Hagler atau Duran," kata Arum mengomentari dominasi kedua tangan Pacquaio yang mampu melancarkan pukulan sama kerasnya.

"Saya sudah melihat rekaman lama pertarungan Sugar Ray Robinson dan Robinson tidak mampu melakukan itu. Jadi saya benar-benar yakin bahwa Manny adalah yang terbaik yang pernah saya saksikan," katanya.

Arum juga mengakui bahwa statistik perjalanan karir Pacquiao sungguh mengagumkan.

Ia pertama kali merebut sabuk juara saat mempunyai berat 51kg, dan ketika ia naik ring menghadapi Margarito di Stadion Cowboy Minggu lalu, ia mempunyai berat badan 67kg.

Meski lebih ringan dan jangkauan lebih pendek dari Margarito, diatas ring Pacquaio mampu tampil menyengat untuk mencatat rekor fantastis, yaitu 52 menang, tiga kali seri dan dua kali kalah, 38 diantaranya dengan kemenangan KO.

Berbeda dengan para pendahulunya, petinju yang dijuluki Pacman dan banyak tersenyum itu selalu diunggulkan dalam setiap pertarungan.

Pacquaio tidak lagi sekedar petinju, tapi sudah menjadi semacam penghibur berkat penampilannya diatas ring yang atraktif dan agresif saat menghadapi lawan.

Pertarungannya menghadapi Margarito adalah yang pertama sejak ia terpilih sebagai anggota parlemen awal 2010 lalu.

Arum pun merasa yakin bahwa petinju tersebut akan mengarungi masa depan yang lebih sukses diluar ring.

"Saya belum pernah melihat seorang pribadi yang didukung penuh seluruh masyarakat di negaranya," kata Arum.

"Ia benar-benar penuh kemanusiaan, orang yang peduli dengan orang lain, terutama masyarakat miskin," katanya.

"Itulah sebabnya mengapa saya yakin bahwa prestasinya di luar ring tidak kalah dengan keperkasaannya diatas ring, meski secara universal ia lebih dikenal sebagai petinju hebat," kata Arum menambahkan.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010