Jakarta (ANTARA News) - Wikileaks mengumumkan akan merilis dokumen paket  ketiga tentang perang dan kali ini besarnya akan tujuh kali lipat dibandingkan bocoran sebelumnya tentang perang Irak.

Lewat Twitter-nya, pendiri website itu mengaku sedang "mengalami tekanan kuat" atas rencana pengungkapan tersebut tapi mereka bertekad akan tetap meluncurkan dokumen itu.

"Dunia baru akan muncul pada bulan-bulan mendatang, sejarah global didefinisikan ulang. Kuatkan kami," tulis Wikileaks.

Belum jelas hal yang menjadi cakupan dalam bocoran kali ini tetapi biasanya dokumen dari Wikileaks akan menciptakan "riuh" di Inggris dan Amerika Serikat

Para Jenderal di dua negara itu masih geram atas bocoran terakhir dari Wikileaks yaitu  400 ribu dokumen rahasia perang di Irak.  Ini menjadi kebocoran dokumen militer yang paling besar sepanjang masa.

Dokumen-dokumen itu merinci hal yang disebut pendiri Wikileaks, Julian Assange sebagai "bukti kuat kejahatan perang" oleh AS dan pemerintah Irak. Setelah dokumen-dokumen itu dibeberkan, timbul suara-suara publik yang minta penyelidikan berbagai hal di dalam dokumen tersebut.

Bocoran terbaru dari Wikileaks diperkirakan mengandung sebanyak tiga juta dokumen.

Dokumen itu bisa saja berisi tentang kejahatan-kejahatan serupa atau yang belum pernah diungkapkan mengenai insiden yang melibatkan pasukan koalisi.

Lewat Twitter, para pendiri Wikileaks menulis kalimat "Rilis berikutnya 7x lebih besar dari log Perang Irak. Berbulan-bulan ada tekanan intens. Kuatkan kami."

Bocoran pertama Wikileaks adalah tentang perang di Afghanistan yang memberikan gambaran suram dari perang  melawan Taliban dan  frustasi dalam usaha melatih polisi Afghanistan.

Dokumen kedua mencakup periode pendudukan di Irak antara 2004 dan 2009 serta ketakpedulian Amerika Serikat untuk menyelidiki ratusan laporan tentang pelecehan, pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan oleh polisi dan tentara Irak.

Informasi itu juga mengungkapkan bahwa lebih dari 15.000 warga sipil tewas dalam berbagai insiden yang belum pernah terungkap.  Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris bersikeras tidak ada catatan resmi jumlah korban sipil namun dokumen itu menyatakan ada  66.081 orang non-kombatan tewas. Jumlah orang tewas total mencapai 109 ribu jiwa.

Dokumen itu juga mengungkapkan insiden tentara Inggris yang menembak mati gadis Irak usia delapan tahun ketika ia bermain di jalanan.

Informasi-informasi Wikileaks diperkirakan berasal dari Manning Bradley, tentara AS yang bertugas sebagai analis intelijen.
(A038/A038/BRT)

Penerjemah: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010