Kopenhagen (ANTARA News/AFP) - Pangeran Frederik, ahli waris tahta Denmark, mengunjungi Afghanistan untuk melihat tentaranya, yang ditempatkan di sana, kata Menteri Luar Negeri Lene Espersen pada Selasa.

Pangeran Frederik menemui tentara Denmark, yang berjumlah 750 orang, pada Senin dan Selasa, disertai Espersen dan Menteri Pertahanan Lillelund Bech, kata pernyataan Espersen.

Sebagian besar tentara Denmark ditempatkan di Helmand di bawah kepemimpinan Inggris.

Sejumlah 39 tentara Denmark tewas sejak pengerahan mereka pada 2002.

Negara Skandinavia berpenduduk 5,5 juta orang itu menderita kematian lebih dari negara lain secara persentase dari jumlah pasukan di Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO.

Dua tentara lain Denmark tewas di Afghanistan di luar pertempuran, salah satunya akibat serangan jantung. Yang lain karena bunuh diri.

Denmark kehilangan wanita tentara pertamanya di Afghanistan sesudah Prajurit Sophia Bruun, yang berusia 22 tahun, tewas akibat bom di pinggir jalan di provinsi selatan, Helmand, kata tentara Denmark pada awal Juni.

Bruun tewas di tempat dan dua tentara lain luka ringan sesudah salah satu bom meledak sesaat sesudah tengah hari, menghancurkan kendaraan mereka di dekat pangkalan patroli di Bridzar, sekitar enam kilometer timur laut kota Gereshk, kata pernyataan tentara.

Serangan terhadap prajurit Denmark semakin meningkat di Afghanistan.

Perdana Menteri Denmark Lars Loekke Rasmussen pada Juni menyatakan pasukan NATO di Afghanistan harus "bertahan" dalam menghadapi peningkatan serangan Taliban, kata laporan media.

"Sekarang adalah waktu kita harus bertahan. Sekarang adalah waktu kita memiliki kesempatan untuk membuat terobosan," kata kantor berita Denmark Ritzau mengutip keterangan Rasmussen setelah pertemuan di Afghanistan dengan komandan asal Amerika Serikat pasukan NATO, Jenderal Stanley McChrystal.

Menurut Rasmussen, yang mulai perjalanan kejutan ke Afghanistan pada hari sebelumnya, McChrystal memperingatkan bahwa kekerasan "meningkat dalam beberapa bulan mendatang".

Pasukan NATO dan pasukan Afghanistan terlibat dalam serangan di Kandahar dalam beberapa pekan belakangan, dengan harapan membangun kembali kewenangan Kabul di bagian selatan negara terkoyak perang itu.

Rasmussen, yang membatalkan kunjungan ke Budwan dengan alasan keamanan, setelah pertemuan dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai menyatakan "terlalu dini" menetapkan tanggal penarikan pasukan Denmark.

Rasmussen menyatakan berharap Afghanistan pada 2011 secara bertahap mengambil alih kendali atas gerakan keamanan, yang saat ini dilakukan pasukan Denmark, kantor berita itu.

Karzai mengharapkan pasukan Afghanistan memberikan keamanan bagi sebagian besar penduduk dalam tiga tahun mendatang, dan di seluruh negara itu dalam lima tahun, kata Ritzau.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama Bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Lebih dari 600 tentara asing tewas di negara terkoyak perang itu sepanjang 2010, membuatnya tahun paling mematikan bagi serdadu mencanegara tersebut sejak serbuan pada ahir 2001 itu. (B002/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010