Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Azyumardi Azra menegaskan ICMI tidak berpolitik praktis. "ICMI tak berpolitik praktis dan tidak menampilkan Islam politik," katanya saat konferensi pers pra muktamar ICMI V di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, ICMI telah semakin dewasa dalam bertindak dan bersikap, apalagi setelah 20 tahun berdiri. Menurut dia, ICMI saat ini menjadi rumah bagi semua aliran politik maupun juga berbagai kalangan intelektual muslim.

"ICMI itu merupakan rumah bersama yang nyaman bagi semua parpol. Di ICMI ada PKS, PAN, Demokrat, Golkar dan lainnya namun mereka bukan untuk berpolitik praktis. Tak hanya parpol tapi juga birokrat, aktivis semua ada di ICMI," katanya.

Ia menambahkan pihaknya menyakini ICMI saat ini sulit untuk ditarik-tarik ke dalam politik praktis. Hal ini terutama sejak perubahan sistem ketua umum menjadi presidium.

"Dulu sebelum presidium ICMI, saat sistem ketua umum ada gejala ICMI dibawa-bawa ke politik praktis. Hal inilah yang kemudian menjadi latar perubahan sistem ketua umum menjadi presidium," katanya.

Ia mengatakan, menurut AD/ART ICMI, ketua umum partai politik dilarang menjabat sebagai presidium ICMI. Namun demikian, ia mengungkapkan saat ini dalam presidium ICMI terdapat Ketua Umum PAN. Ia menjelaskana, masuknya Hatta menjadi presidium ICMI jauh lebih dahulu sebelum ia menadji ketua umum PAN.

Hatta Rajasa terpilih menjadi presidium ICMI pada 2005 di Makasar sedangkan terpilih menjadi ketua umum PAN baru pada Januari 2010.

"Jadi kita tetap komitmen, dalam muktamar sesuai dengan AD/ART ketua umum parpol tidak diperbolehkan menjadi Presidium," katanya.

Ia yakin banyaknya aktivis partai politik tidak akan membuat ICMI dapat dengan mudah ditarik ke dalam politik praktis.

Presidium ICMI Nanat Fatah Natsir mengatakan, ICMI tidak berpolitik praktis, namun bukan berarti buta politik.

"ICMI lebih pada `high politic` (politik tingkat tinggi) yang lebih pada mewujudkan masyarakat yang berperadaban, masyarakat madina, tetapi dalam organisasi kita tidak melakukan politik praktis. Presidium inilah salah satu usaha agar ICMI tidak ditarik-tarik ke dalam politik praktis," katanya.

Untuk itu, ia mengatakan, dalam muktamar ICMI V yang akan berlangsung di Bogor 5-7 Desember 2010 nanti, bentuk presidium ICMI tetap akan dipertahankan.

Seperti diberitakan, sejak 2005 muktamar ICMI IV di Makasar, pucuk pimpinan organisasi intelektual muslim tersebut berubah dari sebelumnya ketua umum menjadi presidium.

Menteri Riset dan Teknologi di zaman Presiden Soeharto, BJ Habibie merupakan ketua umum pertama ICMI yang didirikan pada 7 Desember 1990. Habibie yang juga Mantan Presiden RI sebagai ketua umum ICMI selama dua periode yaitu 1990-1995 dan 1995-2000.

Mantan Menteri Koperasi Adi Sasono kemudian menggantikan Habibie menjadi ketua umum ICMI dan mengomandoi oraganisasi intelektual muslim tersebut pada 2000-2005.

Seusai kepemimpinan Adi Sasono, pucuk pimpinan ICMI berubah menjadi presidium. Pada 2005-2010 lima orang terpilih menjadi presidium ICMI dan ketua presidium digilir setiap tahun.

Kelima orang tersebut Marwah Daud Ibrahim, Nanat Fatah Natsir, Hatta Rajasa, Muslimin Nasution dan Azyumardi Azra.(*)
(ANT/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010