Denpasar (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali, mengatakan bahwa selama dua tahun terakhir sekitar 77 pasien suspect rabies meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit terbesar di Pulau Dewata tersebut.

"Berdasarkan catatan kami, sekitar 77 pasien suspect rabies meninggal saat dirawat di RSUP Sanglah selama dua tahun terakhir," kata Sekretaris Tim Penanganan Rabies Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dr IGB Ken Wirasandhi, di Denpasar, Sabtu.

Dikatakan, kebanyakan pasien yang datang atau dibawa untuk dirawat ke RSUP Sanglah kondisinya sudah mengkhawatirkan atau kritis.

"Pasien yang meninggal tersebut rata-rata datang dengan kondisi yang sudah buruk dan memang mengalami gejala klinis penyakit rabies," ujarnya.

Selain itu, ucapnya, pasien yang meninggal itu memiliki riwayat gigitan anjing, namun setelah digigit tidak langsung meminta vaksin anti rabies (VAR) ke rumah sakit.

"Biasanya pasien datang dengan kondisi mengalami kesulitan menelan dan takut dengan cahaya," katanya.

Para pasien yang meninggal itu didominasi dari luar Kota Denpasar, dan merupakan pasien rujukan dari rumah sakit setempat.

Selama minggu terakhir November 2010 tercatat tiga orang menjadi korban penyakit anjing gila tersebut.

Pertama, satu orang siswa SD asal Tegallalang menjadi korban keganasan rabies, disusul seorang pemuda asal Kabupaten Badung. Sementara kasus terakhir adalah kasus meninggalnya warga Kabupaten Karangasem, Ni Luh Sutri (56), pada Sabtu (27/11).

Berdasarkan informasi, pasien "suspect" rabies itu hanya sehari mendapat perawatan. Tercatat, wanita paruh baya tersebut tiba dengan kondisi sudah kritis.

Sebelum dirujuk ke RS Sanglah, Sutri sempat dirawat di RSUD Karangasem, namun kondisinya terus memburuk dan akhirnya dirujuk ke RSUP Sanglah.

Pasien tersebut mengalami gejala klinis rabies, seperti kesulitan menelan dan takut terhadap cahaya.

Diketahui pula, dia memiliki riwayat gigitan anjing, tetapi luka bekas gigitan hewan tersebut tidak diobatinya sehingga mengakibatkan nyawanya melayang.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010