"Bila kecenderungan itu tidak dihentikan sebagai masalah yang mendesak, kemungkinan Yerusalem timur dijadikan ibukota Palestina semakin menurun dan tidak dapat dilaksanakan," kata laporan tahunan UE, yang dikutip AFP.
"Ini akan sangat membahayakan kesempatan mempertahankan perdamaian sebagai dasar solusi negara terpisah, dengan nantinya Yerusalem sebagai ibukota mereka," tambahnya.
Rumusan itu, berjudul Laporan Yerusalem 2010, dikumpulkan kepala duta UE, yang bermarkas di kota itu, serta di kota Ramallah, Tepi Barat, dan berisi saran kebijakan UE.
Pendudukan Israel dan pencaplokan Yerusalem timur pada 1967 serta anggapan "ibukota kekal tak terpisahkan" tidak pernah mendapat pengakuan dari masyarakat dunia.
Masa depan Yerusalem timur, yang diinginkan warga Palestina sebagai ibukota negaranya, merupakan masalah paling peka dalam pembicaraan perdamaian Timur Tengah, yang buntu sejak akhir September akibat pembangunan permukiman.(*)
(Uu.KR-IFB/B002/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010