Kami dewan pendidikan sudah menggelar lomba cerdas cermat yang disiarkan langsung, berdasarkan laporan ada kemunduran dari sisi kualitas
Makassar (ANTARA) - Dewan Pendidikan Kota Makassar, Sulawesi Selatan menyebutkan adanya penurunan kualitas pendidikan di tengah pandemi COVID-19, karena tidak semua siswa bisa memahami materi yang diberikan secara virtual.

"Kami juga sudah melakukan berbagai rangkaian kegiatan kepada para siswa dan ternyata memang ada kemunduran dari segi kualitas pendidikan," kata Ketua Dewan Pendidikan Makassar Rudianto Lallo saat menggelar fokus grup diskusi di Makassar, Jumat.

Rudianto Lallo yang juga selaku Ketua DPRD Makassar itu menyatakan, salah satu indikator penilaian yakni gelaran cerdas cermat yang disiarkan langsung di siaran televisi pemerintah.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Pembelajaran adaptif tingkatkan kualitas pendidikan

Dari laporan panitia pelaksana kegiatan, dirinya sudah menerima laporan mengenai menurunnya kualitas pendidikan dari para peserta didik tersebut.

"Kami dewan pendidikan sudah menggelar lomba cerdas cermat yang disiarkan langsung, berdasarkan laporan ada kemunduran dari sisi kualitas," katanya.

Pernyataan Ketua Dewan Pendidikan Makassar itu juga dibenarkan Ketua Komisi D DPRD Makassar Abdul Wahab Tahir yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat.

Baca juga: IPB: pendidikan vokasi tingkatkan kualitas SDM sesuai industri

Menurut dia, pihaknya menemukan sejumlah kendala semenjak digelarnya belajar daring (online) sehingga menyebabkan kualitas pendidikan menurun.

"Dari dasar itu, lahir inisiasi kami membuat perlindungan tenaga pendidik, sebab kami tau seberapa susahnya menjadi guru," ujarnya.

Diskusi ini juga menghadirkan ahli Epidimolog Prof Ansariadi serta sejumlah Pengurus Dewan Pendidikan Kota Makassar, PGRI Kota Makassar, dan Dinas Pendidikan Kota Makassar.

Baca juga: UPN Veteran Jakarta jadi BLU tingkatkan kualitas layanan pendidikan

Pertimbangan dari sisi kesehatan dikemukakan ahli Epidimolog Prof Ansariadi yang mengatakan sebaiknya Kota Makassar melaksanakan belajar tatap muka dimulai dari jenjang pendidikan SMP dan SMA.

Alasan menyarankan pendidikan tatap muka (PTM) kepada siswa SMP dan SMA karena vaksinasi juga telah menyasar kepada anak di atas 12 tahun.

"Data vaksinasi rentan usia 12-18 tahun kita harus pastikan. Apakah sudah cukup tinggi. Selain itu, menurut data yang saya dapatkan guru telah divaksinasi seluruhnya," ucapnya.

Dirinya menambahkan, berdasarkan studi yang didapat oleh pihaknya, penularan terjadi di rumah dan bukan di sekolah. "Ini perlu menjadi perhatian kita bersama," terangnya.

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021