Cancun, Meksiko (ANTARA News) - Jepang Kamis mengatakan bahwa perundingan iklim yang dipimpin PBB di Meksiko bisa memasuki waktu tambahan jika pihaknya tetap bersikap tegas dalam menentang usulan perpanjangan Protokol Kyoto yang dianggap tidak adil.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Akira Yamada membantah akun yang mengatakan bahwa Jepang adalah penentang utama kesepakatan dalam konferensi dua pekan di Cancun, yang melibatkan lebih dari 190 negara dan ditetapkan akan berakhir Jumat.

"Kami yakin kami bisa mencapai hasil konkrit, hasil Cancun yang positif pada akhir persidangan. Mungkin sidang tidak akan berakhir pada Jumat, tapi mungkin pada Sabtu," kata Yamada kepada wartawan.

Yamada menyuarakan harapan bahwa Jepang dan negara-negara lain akan menemukan kata-kata yang baik untuk mengakomodasi semua pihak, menyangkal bahwa Protokol Kyoto adalah "memblokir kendala" pembicaraan.

Protokol Kyoto, yang dinamakan demikian setelah kesepakatan itu dirundingkan di ibu kota kuno Jepang tersebut pada 1997, mengharuskan negara-negara maju untuk mengurangi emisi karbon yang disalahkan sebagai penyebab perubahan iklim.

Dengan perjanjian baru yang tampaknya semakin jauh, Uni Eropa memimpin seruan-seruan untuk memperpanjang Protokol Kyoto yang akan habis kewajibannya pada akhir 2012.

Jepang, yang berada di balik pertemuan berkomitmen bersuara keras menyatakan keberatan, dan menunjuk bahwa Kyoto hanya mencakup sekitar 30 persen emisi global sebagai karena dua penyebab polusi utama - China dan Amerika Serikat - tidak tercakup.

Posisi Jepang "tidak hanya untuk mempersempit kepentingan kita, tetapi kepentingan planet ini pada saat ketentuan tu bukanlah jalan yang adil dan efektif untuk mengatasi tantangan perubahan tersebut," kata Yamada.

China tidak memiliki persyaratan sebagai negara berkembang, sementara Amerika Serikat - sendirian di antara yang kaya, atau Lampiran I, negara - menolak perjanjian tersebut.

"Ini seperti negara-negara Lampiran I dari pemain sepak bola dan negara-negara non-Lampiran I dan Amerika Serikat menonton sendirian. Namun kita bekerja dan hasilnya ... kita dikritik," kata Yamada.

"Kami ingin semua penghasil emisi utama turun ke lapangan," katanya menegaskan.
(H-AK/S004/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010