Doha (ANTARA News) - Pembicaraan iklim PBB di Ibu Kota Qatar, Doha, Sabtu (8/12), mensahkan satu paket rancangan masa kedua Protokol Kyoto dan komitmen lemah tentang dana iklim setelah perundingan Jumat malam tentang perbedaan antara negara berkembang dan maju.

Penutupan pertemuan dua pekan tersebut di Ibu Kota Qatar ditunda selama sehari, saat para diplomat dari lebih 190 negara mendesak dicapainya kemajuan.

Presiden konferensi itu Abdullah bin Hamad al-Atiiyah mengatakan kesepakatan mengenai Protokol Kyoto akan berlaku dari 2013 sampai 2020.

Kesepakatan tersebut adalah satu-satunya rencana PBB yang mewajibkan negara maju mengurangi buangan gas karbon. Masa komitmen pertamanya berakhir pada penghujung tahun ini.

Namun delegasi Rusia Oleg Shamanov mengatakan Rusia, bersama dengan Belarusia dan Ukraina, menentang keputusan untuk memperpanjang Protokol Kyoto sampai lewat 2012 dan menyatakan Moskow mempertahankan hak untuk mengajukan banding atas tindakan presiden konferensi.

Kesepakatan tersebut adalah langkah penting menuju kesepekatan baru global PBB, yang direncanakan disepakati pada 2015 dan berlaku mulai 2020, kata Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Ahad pagi.

Kelompok pimpinan Uni Eropa--termasuk Australia--berjanji akan bergabung pada masa kedua Protokol Kyoto, sementara negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada dan Rusia berkeras tak mau bergabung dengan kesepakatan itu kendati ada kecaman internasional.

Tak ada sasaran keras pengurangan buangan yang diumumkan oleh negara maju di Doha, meskipun mereka didesak agar mengurangi buangan gas rumah kaca sampai sedikitnya 25 persen jadi 40 persen di bawah angka 1990, sampai 2020.

Uni Eropa berkeras untuk berpegang pada sasarannya, pengurangan 20 persen, dan menyatakan kembali tindakan lebih jauh untuk mencapai angka 30 persen akan membuat negara maju lain mengeluarkan komitmen bagi pengurangan buangan yang sebanding.

Namun posisi tawarnya melemah sebab wilayah itu dilaporkan telah memenuhi sasarannya, 20 persen, delapan tahun sebelum waktunya dan tak memiliki rencana untuk menetapkan pengurangan yang lebih ambisius.

Yang lebih mengecewakan, Amerika Serikat menyatakan negara adidaya tersebut hanya bisa mengurangi buangan gas rumah kacanya sebanyak 17 persen sampai 2020 dari tingkat 2005, yang berarti pengurangan tiga persen sampai empat persen di bawah tingkat 1990.

Sementara itu Australia mengusulkan pengurangan buangan gas 0,5 persen dari 1990.

Pertemuan tersebut meminta negara maju mengajukan keterangan mereka paling lambat pada 2014 mengenai kemajuan mereka ke arah pencapaian pembatasan buangan yang terukur dan potensi bagi peningkatan ambisius.
(C003)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012