Semarang (ANTARA News) - Jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Semarang tahun ini mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan periode tahun lalu.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Niken Widyah Hastuti di Semarang, Jumat, mengatakan hingga November ini tercatat 5.284 kasus DBD, padahal sepanjang 2009 hanya 3.883 kasus.

"Tahun ini memang meningkat, dari 5.284 kasus yang tercatat per November 2010 ada 45 pasien yang meninggal dunia, sedangkan tahun lalu tercatat pasien yang meninggal dunia 43 orang," katanya.

Menurut dia, peningkatan jumlah penderita DBD tersebut lebih disebabkan faktor lingkungan, setidaknya mencapai 40-50 persen, seperti banyaknya genangan air, pengelolaan sampah, kondisi iklim dan cuaca.

Ia mengakui kenaikan jumlah penderita DBD tahun ini karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan tinginya curah hujan yang banyak menimbulkan genangan air sehingga menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

"Kalau untuk faktor kebiasaan masyarakat terkait gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) memiliki pengaruh sekitar 30-40 persen, sebab langkah ini sebenarnya efektif mencegah penyebaran DBD," katanya.

Untuk faktor pelayanan kesehatan, kata dia, seperti di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau rumah sakit memiliki pengaruh 10 persen, dan sisanya sebesar lima persen dipengaruhi kondisi genetik pasien.

Ditanya angka tertinggi penderita DBD, ia menyebutkan jumlah penderita DBD paling banyak ditemukan pada Maret 2010 tercatat 1.126 kasus, tujuh pasien di antaranya meninggal dunia.

"Berdasarkan data yang ada, kondisi setiap tahun memang seperti itu, kami mencatat periode rawan DBD tertinggi biasanya antara Februari-Mei, sehingga sepanjang bulan itu harus terus diwaspadai," katanya.

Untuk tiga bulan terakhir, kata dia, pada Oktober tercatat 331 kasus dan satu pasien meninggal, September 233 kasus dan satu pasien meninggal, serta November 275 kasus dan tiga pasien meninggal dunia.

Ia mengatakan dilihat dari tingkat usia, penyakit DBD banyak menjangkiti kalangan anak-anak, terutama usia 5-9 tahun (25 persen), disusul 1-4 tahun (20 persen), dan kalangan usia 10-14 tahun (20 persen).

"Kalau untuk pasien yang meninggal dunia paling banyak adalah kalangan balita dengan kisaran 44 persen, kalangan usia sekolah dasar (SD) sebesar 23 persen, dan bayi dengan kisaran 21 persen.

Berkaitan dengan hal itu, ia mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi aktif mencegah penyebaran DBD dengan melakukan PSN secara rutin dan memerhatikan kebiasaan yang sebenarnya sepele namun berpengaruh.

"Misalnya, jangan terlalu banyak menggantungkan baju karena menjadi sarang nyamuk, kalau tidur siang hari sebaiknya menggunakan obat nyamuk. Kalau terkait PSN, rajin-rajin membersihkan vas bunga," kata Niken. (ZLS/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010