Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 20 biksu dari berbagai negara menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta, Sabtu.

Rombongan biksu dari Taiwan, Malaysia, Singapore, dan China yang dipimpin Biksu Ven Hai Dao Fa She itu datang ke Indonesia termasuk Yogyakarta dalam acara yang dirancang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bertajuk "doa bersama untuk bumi di Candi Borobudur".

Menurut Biksu Ven Hai Dao Fa She, acara doa bersama yang berlangsung pada 9-13 Desember 2010 itu juga didukung 60 biksu Indonesia.

Ia mengatakan, Candi Borobudur dan candi-candi lain yang tersebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) sungguh mengagumkan.

"Candi-candi yang ada mewakili orang Budha dan juga kesucian Budha berkumpul di DIY dan Jateng, sehingga seperti museum dunia," katanya.

Pendiri Mahavihara Majapahit di Trowulan, Jawa Timur, Biksu Bhante Viryanadi mengatakan, Candi Borobudur tidak hanya milik Indonesia, tetapi juga milik dunia.

Menurut dia, di sekitar Candi Borobudur sebaiknya diberi tempat untuk membangun stupa-stupa Budha dari berbagai negara, seperti Thailand, Burma, dan Vietnam dan lain-lain yang masing-masing mempunyai ciri khas.

"Dengan demikian, Candi Borobudur yang merupakan lambang cinta dan belas kasih, bisa semakin menarik masyarakat intenasional," katanya.

Sultan mengatakan, kunjungan para biksu diharapkan bisa membangun rasa tenteram masyarakat dan kekuatan spiritual yang akan mendorong masyarakat untuk bangkit.

"Saya berharap kehadiran para biksu bisa mewartakan bahwa tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan di Yogyakarta, karena kota ini tetap aman," katanya.

Menurut dia, erupsi Merapi telah memperkaya rasa mengabdi kepada masyarakat, selain memperkuat rasa dalam hati nurani. Peristiwa tersebut juga mengingatkan masyarakat bahwa membangun kebersamaan menjadi sangat penting.

"Peristiwa erupsi Merapi membangun rasa kemanusiaan dan rasa ketuhanan yang sangat penting. Bencana mengingatkan aspek moralitas di tengah situasi materi menjadi dominan dalam hidup," katanya. (B015*E013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010