Lagos (ANTARA News/AFP) - Pasukan gabungan khusus militer Nigeria membunuh seorang tersangka yang dituduh melakukan serangkaian penculikan pekerja dan kejahatan lain di negara bagian Abia di wilayah selatan negara tersebut, kata seorang juru bicara, Senin.

"Obioma Nwankwo, yang juga dikenal sebagai Osisikankwu, tewas dalam tembak-menembak antara gengnya dan JTF (pasukan militer)," kata Letnan Kolonel Musa Sagir kepada AFP.

Ia menambahkan, militer kini memburu anggota-anggota lain geng tersebut, yang menteror negara bagian itu dan daerah sekitarnya selama beberapa bulan ini.

Geng-geng menculik banyak pekerja lokal dan asing, beberapa diantaranya di industri perminyakan di Aba, ibukota negara bagian itu, dalam beberapa bulan terakhir.

Penculikan telah menjadi bisnis besar di Delta Niger dan wilayah tenggara karena penculik seringkali menuntut uang tebusan dari korban atau keluarga mereka.

JTF ditempatkan pada September untuk memulihkan ketertiban pada puncak kekerasan yang membuat tutup bank-bank, lembaga keuangan, pertokoan, serta usaha lain.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.

Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010