Jakarta (ANTARA News) - LSM lingkungan hidup, Greenpeace, menginginkan agar kerja sama antara berbagai pihak seperti yang dilakukan antarkepala pemerintahan dalam KTT Perubahan Iklim di Cancun, Meksiko, dapat diperkuat terkait perubahan iklim.

"Dari hambatan menjadi kelancaran, para kepala pemerintahan di Cancun telah menunjukkan bahwa mereka dapat bekerja sama dan dapat maju ke muka untuk mencapai kesepakatan global untuk menyelamatkan iklim," kata Direktur Kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Shailendra Yashwant, Selasa.

Menurut Shailendra, dunia pada tahun ini telah mengalami banyak kejadian sebagai konsekuensi perubahan iklim.

Indikasi dari hal tersebut, masih menurut dia, antara lain adalah hampir tercatatnya rekor pelelehan es di kutub dan munculnya berbagai bencana alam.

"Ini sebabnya mengapa pembicaraan tahun depan di Durban, Afrika Selatan, harus menjadi tujuan tercapainya kesepakatan kuat, bukan hanya satu lagi titik singgah," katanya.

Sementara itu, Penasihat Politik Greenpeace Asia Tenggara, Zelda Soriano, mengatakan, ASEAN memegang peranan yang sangat positif dan sepakat untuk menyerukan diprioritaskannya dukungan finansial dan teknis.

Hal tersebut mengingat bahwa ASEAN adalah produsen dan eksportir pangan global serta salah satu wilayah yang paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim.

"Para pemerintah ASEAN harus melanjutkan kerja positif yang mereka lakukan di Cancun dan memberikan kontribusi lebih dalam proses menuju KTT di Afrika Selatan tahun 2011, " kata Zelda.

Greenpeace menilai bahwa para kepala pemerintahan dalam KT Iklim Cancun telah memilih harapan daripada ketakutan dan membawa dunia menuju kesepakatan global untuk menghentikan perubahan iklim.

Sebelumnya, KTT ke-16 Perubahan Iklim di Cancun, Meksiko, 11 Desember, akhirnya menghasilkan Kesepakatan Cancun yang disetujui oleh seluruh negara peserta kecuali Bolivia.

Kesepakatan Cancun mengadopsi sebuah paket keputusan yang seimbang untuk semua negara yang mengatur lebih tegas arah sebuah masa depan yang rendah emisi dan mendukung aksi lebih lanjut dari penanganan perubahan iklim dari negara maju.

Isi dari kesepakatan tersebut juga meliputi target penurunan emisi negara-negara industri di bawah proses multilateral dan negara tersebut mengembangkan rencana pembangunan rendah karbon, strategi dan evaluasi termasuk mekanisme pasar dan pelaporan inventori secara berkala.
(M040/A023/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010