Surabaya (ANTARA News) - Para seniman di Jawa Timur bersepakat menyelesaikan berbagai persoalan bangsa melalui pendekatan budaya.

Kesepakatan tersebut tertuang dalam hasil Kongres Kebudayaan 2010 dengan tema "Temu Pikir Kebudayaan dari Jawa Timur untuk Indonesia" pada 10-13 Desember 2010.

Ketua Pelaksana Kongres Kebudayaan 2010, Riadi Ngasiran, di Surabaya,mengatakan, kongres tersebut terbagi dalam beberapa subtema pokok yang diuraikan oleh para pakar yang berkompeten.

Empat di antara subpokok bahasan yang amat penting adalah tentang kearifan lokal dengan pendekatan spasial, warisan budaya dengan pendekatan sektoral, lintas generasi dengan pendekatan temporal, dan politik bhinneka tunggal ika sebagai politik identitas dan jati diri bangsa.

Empat subtema tersebut, menghasilkan kesimpulan yang dihasilkan oleh peserta kongres budaya 2010. "Kesimpulan itu bukan merupakan resolusi atau semacam rekomendasi, tetapi masih berupa draf atau rancangan," kata Riadi.

Menurut dia, draf itu perlu terus dielaborasi oleh berbagai pihak yang berkomitmen terhadap masa depan kebudayaan di Indonesia.

Ia berharap, rekomendasi itu dapat dipakai bukan hanya oleh oleh kalangan seniman, melainkan seluruh masyarakat Indonesia tanpa mengenal suku bangsa, bahasa, dan asal daerah.

Sementara itu, Ayu Sutarto selaku panitia pengarah, memaparkan poin-poin kesepahaman yang telah dihasilkan dalam sidang komisi.

Guru besar Universitas Negeri Jember itu menyebutkan beberapa poin itu, di antaranya pentingnya menghormati dan menghargai kebudayaan lokal sebagai pembangunan karakter bangsa.

"Kontribusi kebudayaan lokal sangatlah besar bagi pembentukan karakter bangsa," katanya.

Dalam hal kebhinekaan, Ayu menegaskan, pentingnya memberi kesempatan kepada individu warga negara Indonesia untuk mengembangkan dan memperbaiki bangsa ini.

"Untuk mengurai problem bangsa yang kusut ini perlu melalui pendekatan kebudayaan dan tidak semata-mata politik," katanya.

Sementara itu, Endo Suanda dari Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, menambahkan, poin lain yang telah menjadi kesepahaman bersama adalah tentang lintas generasi kebudayaan lokal.

Menurut Direktur Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI) itu, lokalitas kebudayaan warisan budaya perlu ditransformasikan dalam generasi berikutnya.

Kongres tersebut hadir sekitar 100 seniman dan budayawan dari Jatim dengan pembicara antara lain Taufik Rahzen, Radhar Panca Dahana, Nur Syam, Rachmah Ida, Endo Suanda, Melani Budianta, dan Ayu Sutarto.(*)
(T.M038Z002/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010