Hanoi (ANTARA News/AFP) - Lembaga pemeringkat Moody`s, Rabu, menurunkan peringkat obligasi pemerintah Vietnam, mengutip risiko krisis neraca pembayaran, kenaikan inflasi, dan utang galangan kapal Vinashin.

Moody`s menurunkan rating obligasi pemerintah menjadi B1 dari Ba3, dan mempertahankan outlook (prospek) negatif.

Dikatakan negara komunis itu menghadapi risiko tinggi dari krisis neraca pembayaran dari melebarnya defisit perdagangan, pelarian modal, penurunan cadangan devisa, dan tekanan pada mata uang dong.

Kenaikan inflasi menjadi dua digit akan lebih menekan tingkat nilai tukar, katanya.

"Moody menganggap bahwa kekurangan dalam kebijakan ekonomi telah memungkinkan tekanan untuk tetap berlanjut pada neraca pembayaran dan mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi makro yang sedang berlangsung," kata Tom Byrne, wakil presiden senior Moody`s untuk kelompok risiko utang negara.

Para donor Vietnam memperingatkan pekan lalu bahwa pertumbuhan ekonomi negara akan terancam kecuali jika pemerintah dapat menjamin stabilitas makroekonomi, yang mencakup inflasi.

Dong merosot ke rekor rendah di pasar gelap pada 1 Desember, sedangkan harga konsumen naik 11,1 persen tahun-ke-tahun pada November. Pemerintah telah menargetkan inflasi maksimal delapan persen untuk 2010.

Angka inflasi November "menyoroti kelemahan dalam kebijakan, yang tetap bias terhadap pertumbuhan bukan ke arah stabilitas," ujar Byrne.

Mata uang Vietnam telah mendevaluasi tiga kali sejak akhir tahun lalu dan telah kehilangan hampir sepertiga nilainya terhadap dolar AS selama tiga tahun terakhir, menurut laporan Bank Dunia untuk pertemuan para donor.

Defisit perdagangan sebesar 10,66 miliar dolar untuk 11 bulan pertama 2010, pemerintah mengatakan.

Pada November, Bank Negara Vietnam (SBV) menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam satu tahun, menjadi sembilan persen dari delapan persen, tapi Moody`s mengatakan sikap kuat mungkin akan diperlukan untuk mengatasi tekanan inflasi.

Moody`s mengatakan default pada kewajiban luar negeri kelompok usaha milik negara Vinashin kemungkinan akan merusak kemampuan negara untuk meningkatkan jangkauan pasar pembiayaan luar negeri untuk sebagian besar kebutuhan infrastruktur yang masih belum terpenuhi.

Vinashin, Vietnam Shipbuilding Industry Group, dilaporkan telah meminta penundaan pembayaran kembali 60 juta dolar pada Senin, angsuran pertama dari pinjaman 600 juta-dolar dikoordinir oleh Credit Suisse pada 2007.

"Selain itu, keengganan untuk mendukung perusahaan strategis, yang adalah satu-satunya penerima penerbitan obligasi global awal Vietnam pada 2007, menimbulkan pertanyaan tentang kesehatan sektor usaha masyarakat luas, dan pada kecukupan kepemilikan cadangan devisa resmi," lembaga pemeringkat mengatakan.

Pemerintah mengatakan Vinashin harus melunasi utang sendiri -- dengan total sedikitnya 86 triliun dong (4,4 miliar dolar AS).

Moody`s juga menurunkan peringkat enam bank Vietnam.

"Semua faktor-faktor yang mengakibatkan tren kredit negatif bagi negara telah meningkatkan keberisikoan lingkungan operasi Vietnam untuk bank-bank," kata analis Moody`s Karolyn Seet.

SBV, Rabu mengumumkan bahwa bank-bank komersial negara itu telah sepakat untuk membatasi suku bunga deposito sebesar 14 persen per tahun.

Bankir mengatakan suku bunga sudah relatif stabil pada sekitar 13 atau 14 persen, tapi satu lembaga keuangan, Techcombank, baru-baru ini menawarkan promosi di 17 persen, menurut bank sentral.

Lembaga pemeringkat lain, Standard & Poor`s mengatakan pada Senin bahwa masalah utang Vinashin kemungkinan besar akan merusak kualitas kredit dan profitabilitas bank domestik. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010