Seoul (ANTARA News) - Status Kim Jong-Un sebagai penerus ayahnya, pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il, mungkin tidak benar-benar aman, menurut laporan Kamis, mengingat hari ulang tahun Jong Un tidak menjadi hari libur nasional pada kalender 2011.

Harian Korea Selatan, JoongAng Ilbo, mengatakan pihaknya di Jepang telah memperoleh dua kalender 2011 dengan nama sebuah perusahaan penerbitan Pyongyang, yang menunjukkan jika tanggal ulang tahun penerus Kim itu pada 8 Januari adalah hitam atau bukan merupakan hari libur.

Ulang tahun ayahnya pada 16 Februari ditandai dengan warna merah untuk menandakan sebagai hari libur nasional.

Anak bungsu Kim itu sangat sedikit dikenal di luar negeri sampai kemunculannya pada September. Ia diangkat sebagai seorang jenderal bintang empat, posisi di partai senior dan muncul di sejumlah foto serta pada sebuah parade massa di samping ayahnya.

Seorang pejabat Seoul yang dikutip oleh surat kabar itu mengatakan upaya Korea Utara "untuk membangun kultus kepribadian di sekeliling Jong Un nampaknya belum maksimal."

Ulang tahun Kim Jong-Il ditetapkan sebagai hari libur sementara pada 1975, setahun setelah ia diangkat sebagai pengganti ayahnya pada usia 32 tahun, kata surat kabar itu.

Secara resmi hari lahirnya ditetapkan sebagai hari libur nasional pada tahun 1983.

Jung Chang-Hyeon, seorang profesor di Universitas Kookmin di Seoul memprediksikan bahwa hari ulang tahun Jong-Un itu akan menjadi hari libur di masa depan.

"Kepemimpinan Korea Utara tampaknya percaya itu terlalu dini untuk dilakukan," kata Jung kepada harian itu.

Kim Jong-Il resmi mengambil alih kepemimpinan setelah ayahnya dan bapak bangsa Kim Il-Sung wafat pada 1994.

Pemimpin saat ini, sekarang 68 tahun, menderita stroke pada Agustus 2008 dan rupanya mempercepat upaya untuk menetapkan anaknya sebagai penerus.

Namun, kelompok yang berbasis di Seoul namun memiliki kontak dengan Korea Utara telah melaporkan skeptisme publik tentang suksesi turun-temurun, terutama mengingat Jong-Un masih muda dan kurang pengalaman dan keadaan perekonomian negara yang miskin.(*)
AFP/G003/H-AK

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010