Abidjan (ANTARA News) - Pemimpin Pantai Gading, yang membangkang, Laurent Gbagbo, Sabtu, memerintahkan prajurit pemelihara perdamaian Prancis dan staf PBB untuk meninggalkan negeri itu, dengan tuduhan mereka mendukung petempur pemberontak yang menyokong pesaingnya Alassane Ouattara.

Tuntutan bagi kepergian "segera" mereka mencerminkan meningkatnya kemarahan pendukung Gbagbo, dari kubu nasionalis, dan dikeluarkan saat letnannya yang memiliki reputasi paling buruk mendesak generasi muda Pantai Gading untuk mempersiapkan diri guna berperang bagi kedaulatan mereka.

PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa dan tetangga Pantai Gading di Afrika Barat, semuanya, menuntut Gbagbo menyerahkan kekuasaan kepada Ouattara setelah kedua tokoh itu mengaku sebagai pemenang dalam pemilihan presiden November.

Tapi orang kuat tersebut tetap menguasai Angkatan Darat dan pendukungnya telah berikrar akan berjuang terus. Mereka menujukan kemarahan mereka pada personil pemelihara perdamaian PBB, bekas negara kolonialnya, Prancis, dan pendukung Ouattara dari warga Pantai Gading sendiri.

"Presiden Republik Pantai Gading baru saja meminta kepergian segera dari wilayah Pantai Gading UNOCI dan pasukan Prancis yang mendukungnya," kata Menteri Pendidikan Jacqueline Lohouse-Oble.

Saat ketegangan meningkat antara kedua kubu, pendukung Gbagbo menuduh pasukan pemelihara perdamaian PBB, UNOCI --yang memiliki 10.000 personil, dan 900 prajurit Prancis di Pantai Gading mendukung petempur pemberontak pro-Ouattara.

Wanita jurubicara Gbagbo mengulangi pernyataan itu dan menuduh misi PBB menyiarkan propaganda pemberontak melalui stasiun radionya guna merusak kestabilan di negeri tersebut.

Belum ada reaksi dari PBB terhadap tuntutan itu, tapi Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon sebelumnya telah membela operasi UNOCI dan menyeru Gbagbo agar mengundurkan diri serta berikrar akan melindungi pemerintah Ouattara.

Prancis telah menyatakan dalam beberapa hari belakangan bahwa tentaranya, yang dikenal dengan nama "Licorne", dapat digunakan guna menjamin kepergian secara aman 15.000 warga sipil Prancis yang tinggal di Pantai Gading jika situasi berubah jadi berbahaya.

Misi UNOCI digelar pada 2004 guna membantu mengakhiri perang saudara antara pasukan selatan pimpinan Gbagbo dan pemberontak utara, yang menamakan diri Kekuatan Baru. Pemberontak tersebut sekarang mendukung Ouattara dan perintah Gbagbo akan meningkatkan kekhawatiran tentang konflik baru.

"Waktu bermain sudah selesai," demikian pengumuman Charles Ble Goude, Menteri Urusan Pemuda di bawah Gbagbo. Menteri itu telah menghadapi sanksi PBB sejak 2006 karena "tindak kekerasan oleh anggota milisi jalanan, termasuk pemukulan, perkosaan dan pembunuhan tanpa proses pengadilan".

"Kami akan mempertahankan kedaulatan negara kami sampai titik darah yang penghabisan. Saya mendesak semua warga Pantai Gading untuk mempersiapkan diri mereka buat pertempuran ini. Kami sepenuhnya akan membebaskan negara kami," katanya.

Belakangan, ia mengumpulkan ratusan pendukung, yang meneriakkan slogan yang menentang Prancis dan PBB, di kabupaten Yopougon, Abidjan.

"Bersiap lah! Kalian tak bisa tidur lagi!" ia mengatakan kepada pendukung Gbagbo. Ia berjanji akan berkeliling kota tersebut selama satu pekan ke depan guna menghimpun warga yang berjiwa patriotis sehingga, sampai Jumat, "mereka bisa membebaskan Pantai Gading secara penuh, dan kita bisa mendapatkan penghomartan".

Dalam tanda mengenai peningkatan ketegangan, enam orang yang berseragam militer melepaskan tembakan pada malam hari ke satu patroli PBB yang akan pulang ke pangkalan utama pasukan itu di Abidjan, UNOCI menyampaikan keluhan di dalam satu pernyataan.

Seorang prajurit PBB melepaskan tembakan balasan, tapi tak ada laporan mengenai apakah ada yang cedera dalam bentrokan tersebut, dan misi PBB menyerukan ketenangan.(*)

AFP/C003

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010