Pulau Yeonpyeong (ANTARA News) - Korea Selatan pada Minggu dilaporkan menolak tekanan dari Rusia dan China untuk membatalkan latihan yang menggunakan peluru tajam di pulau perbatasan yang ditembaki oleh Korea Utara bulan lalu.

Korut mengancam akan ada "bencana" bila Korsel tetap melangsungkan latihan militer di Pulau Yeonpyeong dekat dengan perbatasan Laut Kuning yang masih dalam sengketa tempat empat warga tewas terbunuh pada November.

"Kami tidak punya rencana untuk membatalkan latihan kami," kata juru bicara kementerian pertahanan Korsel kepada AFP, menambahkan bahwa latihan selama satu hari itu akan dilangsungkan pada Senin atau Selasa.

Pertikaian tersebut dipicu oleh pengungkapan program pengayaan uranium Korut yang dapat digunakan juga untuk memproduksi senjata nuklir dan telah memunculkan kewaspadaan di seluruh dunia.

Pada Minggu, pesawat militer Korsel terbang di atas Yeonpyeong dengan marinir berpatroli dekat dengan barak tepi pantai mereka.

Kementerian luar negeri China dan Rusia berbicara lewat telepon pada Sabtu dan meminta adanya pengendalian diri di Semenanjung Korea sementara Dewan Keamanan PBB bersiap untuk melangsungkan pembicaraan mengenai situasi tersebut.

"China dengan tegas menentang semua tindakan yang menyebabkan ketegangan dan situasi yang makin memburuk dan meminta kedua pihak di semenanjung untuk menunjukkan ketenangan dan pengendalian diri," kata Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi.

Kedua Korea harus "melakukan dialog dan komunikasi dan mencegah sepenuhnya segala tindakan yang akan memicu ketegangan," kata Yang.

China, sekutu utama Korut menahan diri untuk mengecam pengeboman Pyongyang meski banyak pihak memintanya untuk menggunakan pengaruhnya atas Korut untuk mengintervensi krisis.

DK PBB akan melangsungkan pertemuan pada Minggu. Rusia mengungkapkan kemarahannya karena pertemuan itu tidak dibuat lebih awal.

"Kami menyesal mengenai hal tersebut. Kami yakin bahwa tindakan yang dilakukan oleh presiden berarti meninggalkan praktek yang sebelumnya dilakukan oleh DK PBB," kata duta besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin.

Amerika Serikat menolak kritik mengenai pengaturan pertemuan tersebut.

"Pertemuan ini memenuhi permintaan anggota DK PBB lainnya yaitu agar dapat memiliki waktu untuk berkonsultasi dengan pemerintah pusat lebih dulu dan memenuhi permintaan Rusia untuk pertemuan yang terjadwalkan," kata juru bicara misi AS, Mark Kornblau.

DK PBB belum membuat pernyataan apa pun mengenai serangan artileri Korut bulan lalu yang menewaskan dua marinir dan dua warga sipil dan menghancurkan puluhan rumah.

China menolak permintaan untuk membuat pernyataan tegas atas Pyongyang dan pembicaraan di jalur diplomasi mengalami kebuntuan saat ini.

Penembakan pertama ke wilayah sipil sejak perang 1950-1953 memicu kemarahan di pihak Korsel yang mendorong untuk menempatkan lebih banyak pasukan dan senjata di pulau-pulau perbatasan.

Korut pada Sabtu memprediksi akan ada "bencana" jika Korsel tetap melangsungkan latihan militer menggunakan peluru tajam.

Pernyataan kementerian luar negeri menuduh tentara AS --sekitar 20 orang akan ikut serta dalam latihan militer-- yang menyediakan "tameng manusia" dalam kejadian tersebut.

Korut mengatakan latihan itu "membuat mustahil untuk mencegah ledakan situasi di Semananjung Korea dan tidak mungkin untuk menghindari bencana selanjutnya".

Korut mengatakan militernya telah mengeluarkan ancaman adanya "hukuman mutlak dan tanpa ampun" untuk setiap tindakan dan menyebut hal itu "bukanlah omong kosong".

Juru bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley pada Jumat membela hak Korsel untuk melangsungkan latihan meski menghadapi "provokasi yang sedang berlangsung" dari Korut.

Ia mengatakan Washington yakin bahwa Korsel "akan sangat berhati-hati mengenai apa yang dikerjakannya".

Politisi AS Bill Richardson yang mengunjungi Pyongyang menggambarkan situasi di sana sebagai "situasi yang mudah terbakar amarah".

Richardson, yang sebelumnya memiliki pengalaman dengan Korut dan ahli dalam menyelesaikan masalah mengatakan ia mendesak pejabat Pyongyang untuk mengizinkan Korsel melakukan latihan.

"Saya mendesak mereka untuk menahan diri sepenuhnya," kata gubernur juru bicara New Mexico kepada CNN dan mengatakan ia "sangat sangat dekat dengan pejabat kementerian luar negeri" saat makan malam pada Jumat. (*)

KR-DLN/H-AK

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010