Seoul (ANTARA News) - Marinir Korea Selatan pada Selasa diperintahkan menjaga pohon natal, pusat perhatian terbaru di tengah ketegangan dengan Korea Utara setelah pelatihan tentara Seoul di dekat perbatasan laut sengketa sehari sebelumnya.

Satu gereja Korsel berencana menyalakan lampu, yang membentuk pohon natal, di bukit di bawah kendali tentara dekat dengan perbatasan darat. Hal pertama setelah tujuh tahun.

Upacara dijadwalkan sehari setelah Korsel melangsungkan pelatihan menggunakan peluru tajam di pulau perbatasan Yeonpyeong, yang ditembaki Korut pada bulan lalu.

Korut bertekad melakukan pembalasan mematikan atas latihan tersebut dan pejabat khawatir pohon Natal itu menjadi sasaran serangan selanjutnya.

"Marinir tetap berada di tingkat kewaspadaan tertinggi di sekitar bukit tersebut," kata juru bicara kementerian pertahanan kepada AFP, yang mengutip bahwa Korut melanjutkan ancaman menyerang sarana propaganda di perbatasan.

Bukit 155 meter tersebut berada sekitar tiga kilometer dari perbatasan dan masuk dalam jarak tembak Korut.

Kedua Korea pada 2004 mencapai persetujuan menghentikan propaganda di perbatasan secara resmi dan Korsel menghentikan upacara penyalaan pohon Natal tahunannya.

Korut, yang komunis, menuduh penyalaan lampu Natal oleh Korsel sebagai usaha menyebarkan agama kepada rakyat dan tentaranya. Undang-undang Korut memberikan kebebasan beragama, namun Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa dalam praktiknya, itu tidak terjadi.

Korsel secara sepihak melanjutkan propaganda pemerintah di perbatasan setelah kapal selam Korsel tenggelam pada Maret dan penembakan Yeonpyeong menewaskan empat orang, termasuk warga.

Segera setelah serangan artileri pada bulan lalu, tentara Koresel diberitakan menyebarkan 400.000 selebaran di sepanjang perbatasan, yang berisi celaan kepada penguasa Korut.

Korsel juga memasang pengeras suara di perbatasan darat, namun belum menyalakan perangkat tersebut. Perangkat itu untuk menyuarakan pesan anti-penguasa di Korut dan pro-demokrasi di wilayah perbatasan.

Korut mengancam menembaki pengeras suara tersebut bila perangkat itu dinyalakan dan juga akan menembak ke arah tempat selebaran tersebut dibagikan.

Kelompok swasta pegiat kerap menerbangkan balon besar di wilayah perbatasan dijaga ketat itu. Balon tersebut berisi ribuan selebaran, yang mencela penguasa Kim Jong-Il.(*)
AFP/KR-DLN/B002

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010