Jakarta (ANTARA News) - Kastil di Desa Jaslovske Bohunice, Slovakia, yang dibangun pada 1787 tampak cerah dan terawat dengan warna dinding kuning, putih dan hijau muda serta atap yang penuh salju.

Rumah bangsawan berusia lebih dari dua abad itu biasa digunakan warga desa sebagai gedung pertemuan, peringatan, pesta pernikahan, hingga menjamu tamu.

Dengan keramahannya, Kepala Desa Jaslovske Bohunice, Peter Riska, menjamu para tamun dari Indonesia di kastil mungil tersebut dengan pakaian resminya.

Di sekitar kastil yang menjadi kebanggaan sekitar 2.000 warga desa di desa termakmur di Slovakia ini terbentang lahan pertanian dan rumah-rumah warga serta sejumlah pusat kegiatan lainnya seperti gereja dan stadion olahraga.

Tidak jauh dari tempat tersebut (sekitar 2 kilometer), berdiri tujuh menara pendingin raksasa (cooling tower) ratusan meter tingginya. Di antaranya mengeluarkan uap air tebal membumbung di angkasa.

Tungku-tungku raksasa ini merupakan pemandangan khas kawasan Bohunice yang menjadi tempat beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bohunice V1 dan V2.

Kepala Desa Peter Riska mengatakan, warganya sudah 50-an tahun bersahabat dan merasa nyaman dengan reaktor nuklir serta tidak pernah mempermasalahkannya.

Warga desanya, ujar Riska, justru merasa bahagia karena PLTN mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan warga.

"Kami juga telah memahami kebutuhan negara kami atas energi, jadi kami tak pernah protes, apalagi 60 persen konsumsi energi negara kami berasal dari PLTN," katanya.

Sementara itu, Peter Liska, Direktur Divisi Keselamatan Nuklir Vuje, suatu perusahaan instalasi energi Slovakia, yang mengantar rombongan ke Desa Jaslovske, mengatakan, lebih dari 60 persen rakyat Slovakia menerima PLTN.

Media massa Slovakia sendiri, menurut dia, juga tidak tertarik meributkannya, karena PLTN merupakan hal yang biasa di Slovakia.

Hanya partai hijau yang tidak punya kedudukan di parlemen dan LSM internasional yang selalu berteriak menolak PLTN, tambah pejabat Kementerian Luar Negeri Slovakia untuk Indonesia, Vladimir Pristas..

Demikian pula negara tetangga Austria yang meskipun menolak PLTN, namun tetap mengimpor energi dari "grid connected" Eropa termasuk pasokan dari PLTN Slovakia.

Hambatan mengembangkan energi nuklir, juga datang ketika Slovakia menjadi bagian Uni Eropa pada 2004, dimana negara ini diwajibkan melakukan "shutdown" (mengakhiri operasi) terhadap PLTN-nya reaktor V1 di Jaslovske.

"Yakni unit 1 di-shutdown pada 2006 dan unit 2 pada 2008, karena dianggap masih menggunakan teknologi kuno dari Rusia," katanya.

"Shutdown" ini menambah daftar PLTN yang juga telah diputuskan untuk dimatikan yakni reaktor A1 di Bohunice yang sejak 1995 sudah disetujui untuk dilakukan "decommissioning".

Kini di Bohunice masih beroperasi dua unit PLTN V2, demikian pula dua unit PLTN pertama dan kedua di Mochovce, dekat Levice di Slovakia Barat.

"Slovakia juga sedang membangun PLTN baru di Mochovce, yakni unit ketiga dan keempat yang akan mulai beroperasi pada tahun depan atau paling tidak 2011-2012," kata Liska.

Operator PLTN, lanjut dia, tentu saja harus membuat warga desa nyaman ketika membangun PLTN yang baru ini, seperti juga yang dilakukan terhadap warga desa Bohunice.

Saling menguntungkan
Menurut Peter Riska, kepala desa Jaslovske itu, sejak 1990, Slovakia bukan lagi negara komunis yang diktator, sehingga negara tak bisa lagi memaksakan kehendak jika masyarakat menolak.

"Apalagi setelah 2004, ketika dilakukan privatisasi atas PLTN, maka hubungan antara warga desa dengan operator PLTN adalah hubungan bisnis yang saling menguntungkan," katanya.

Operator PLTN, ujar mantan anggota parlemen Slovakia itu, harus memberikan santunan untuk masyarakat setempat berupa pajak bumi dan bangunan dan pajak atas peralatan nuklir yang ada di desa.

"Sebanyak 2,3 juta Euro per tahun diberikan operator PLTN sebagai pendapatan asli desa-desa di radius 21 km dari reaktor," katanya tersenyum mengenang perjuangannya mendapatkan hak-hak bagi desa-desa di Bohunice.

Masyarakat mendapat santunan berdasarkan luas tanah per meter persegi, ditambah lagi adanya sumbangan bagi pendidikan, pengembangan olahraga dan budaya desa setempat, juga infrastruktur, gedung, listrik, serta air bersih.

"Ini semua membuat warga kami merasa nyaman meski ada PLTN," katanya sambil merasa bangga dengan kemakmuran desanya.
(D009*A025/A038)

Oleh Dewanti Lestari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010