Peshawar, Pakistan (ANTARA/AFP) - Duabelas orang tewas, termasuk lima orang dari satu keluarga, ketika mortir menghantam rumah dan bom menyerang pasukan keamanan di Lembah Swat, Pakistan, kata sejumlah pejabat, Jumat.

Tiga anak dan orang-tua mereka tewas ketika sebuah mortir menghantam rumah mereka di kota Khawazakhela, bagian dari lembah yang dulu kawasan wisata itu, dimana pasukan Pakistan memerangi gerilyawan muslim garis keras, kata seorang pejabat keamanan.

Belum jelas siapa yang menembakkan mortir itu atau apa alasannya.

Dua orang tewas dan dua lain cedera ketika rumah mereka diserang mortir di kota-kota Kabal dan Matta, juga di lembah Swat di wilayah baratlaut, kata seorang pejabat kepolisian.

Militer Pakistan memerangi gerilyawan yang setia pada ulama garis keras Maulana Fazlullah yang meluncurkan kampanye kekerasan untuk memberlakukan hukum Islam.

Swat, yang dulu tempat wisata populer untuk para pelancong Pakistan serta warga asing dan merupakan satu-satunya tempat ski di negara itu, terperangkap dalam kekacauan dengan bentrokan-bentrokan antara militan dan pasukan keamanan.

Dua prajurit Pakistan tewas ketika seorang penyerang bom bunuh diri menabrakkan mobil yang berisi peledak ke sebuah pos pemeriksaan di luar sekolah yang diambil-alih pasukan yang memerangi gerilyawan, kata sejumlah pejabat.

Tiga prajurit lain cedera ringan dalam serangan itu, yang terjadi di daerah Fizaghat Mingora.

Tiga orang juga tewas ketika sebuah bom yang dikendalikan dari jarak jauh menyerang konvoi militer di sebuah desa berdekatan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pemimpin Al-Qaeda di Pakistan dan deputinya tewas pada 1 Januari dalam serangan udara yang diduga dilakukan pesawat tak berawak AS di Waziristan Selatan, menurut sejumlah pejabat keamanan setempat.

Para pejabat yakin bahwa Usama al-Kini, yang disebut-sebut sebagai pemimpin operasi Al-Qaeda di Pakistan, mendalangi serangan bom truk terhadap Hotel Marriott di Islamabad pada September lalu, dan memiliki hubungan dengan serangan-serangan bom pada 1998 terhadap Kedutaan Besar AS di Afrika.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan.

Islamabad juga menegaskan bahwa setiap tindakan terhadap militan di dalam wilayah Pakistan akan dilakukan oleh pasukan Pakistan.

Hubungan antara AS dan Pakistan, dua sekutu utama dalam perang melawan terorisme, tegang akibat peningkatan serangan udara AS akhir-akhir ini dan serangan darat di kawasan suku tersebut.

Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Ayman al-Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Terdapat sekitar 70.000 pengungsi Afghanistan di Bajaur, yang tinggal di sana sejak akhir 1970-an setelah mereka melarikan diri dari invasi Uni Sovyet ke Afghanistan. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009