Rencana perseroan untuk mengesahkan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pengendali BNC tertunda karena kuorum yang belum tercapai pada saat RUPSLB
Jakarta (ANTARA) - Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) menyetujui penambahan modal dasar perseroan dari sebelumnya Rp1,5 triliun menjadi Rp3 triliun.

"Tujuan perubahan modal dasar perseroan sejalan dengan rencana penambahan modal disetor perseroan guna memenuhi POJK tentang Pemenuhan Modal Minimum Bank, juga untuk mengembangkan ekspansi usaha kami untuk menunjang akselerasi kami sebagai bank digital ke depannya," kata Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.

Melalui perubahan tersebut terjadi perubahan modal dasar dari semula sebanyak 15 miliar lembar saham senilai Rp1,5 triliun menjadi sebanyak 30 miliar lembar saham senilai Rp3 triliun dengan nominal Rp100 per lembar saham.

Tjandra menyampaikan sejak melakukan soft launching pada Maret 2021, pertumbuhan jumlah nasabah BNC sangat tinggi yang kini mencapai lebih dari tujuh juta nasabah.

"Kepercayaan ini merupakan tanggung jawab besar bagi kami dan karenanya kami sangat serius dalam merencanakan kesiapan bisnis dan juga ekspansi usaha perusahaan seiring dengan upaya kami menjadi bank digital terdepan bagi masyarakat," ujarnya.

Selain peningkatan jumlah nasabah, ia mengatakan ketertarikan publik terhadap kepemilikan saham BBYB juga terus meningkat, ditandai dengan meningkatnya harga saham BBYB yang kini senilai Rp1.520 per lembar.

BNC membutuhkan tambahan modal sejumlah Rp920 miliar agar perusahaan dapat memenuhi syarat OJK minimal modal inti Rp2 triliun pada 2021 karena per 31 Juni 2021 modal inti Bank Neo Commerce senilai Rp1,18 triliun.

Kendati demikian, Tjandra optimistis Bank Neo Commerce dapat memenuhi syarat OJK tentang kepemilikan modal inti bank digital senilai Rp2 triliun akhir tahun 2021 dan Rp3 triliun akhir tahun 2022.

"Kepercayaan para pemegang saham dan Neo Customers kepada Bank Neo Commerce menambah kepercayaan diri kami dalam memenuhi target kepemilikan modal ini. Kami berupaya untuk dapat memenuhi persyaratan modal inti lebih cepat dari yang disyaratkan OJK," imbuhnya

"Akhir tahun 2021 ini, BNC menargetkan untuk memiliki modal inti hingga Rp3 triliun yang mana akan melebihi target minimal yang disyaratkan OJK, yaitu Rp2 triliun," kata Tjandra.

Adapun mengenai rencana perseroan untuk mengesahkan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pengendali BNC tertunda karena kuorum yang belum tercapai pada saat RUPSLB.

Kuorum yang dibutuhkan untuk mengesahkan status pengendali ini adalah 75 persen, sedangkan dalam rapat yang kemarin berlangsung dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 73,47 persen, hanya kurang 1,53 persen. Karenanya, perseroan memutuskan untuk menunda dan akan mengadakan RUPSLB lanjutan pada awal Oktober 2021.

"Pengesahan PT Akulaku Silvrr Indonesia harus ditunda sampai RUPSLB lanjutan. Kami sangat berterima kasih kepada publik, rekan-rekan media, dan para pemegang saham yang sudah mengikuti rapat ini, dan kami berharap pengesahan ini akan segera terjadi di RUPSLB selanjutnya," kata Tjandra.

Sebelumnya, per 26 Juli 2021 perseroan telah mendapatkan izin dari OJK dengan Nomor SR-16/PB.1/2021 perihal Rencana Pengambilalihan Saham PT Bank Neo Commerce Tbk. oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia.

Baca juga: BNC canangkan transformasi digital secara masif di 2021
Baca juga: BNC apresiasi peraturan baru OJK soal bank digital-izin produk baru
Baca juga: Bank Neo paparkan kiat cegah kejahatan siber saat transaksi online


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021