"Kalau muktamar nanti jadi dilaksanakan Ibu Lily Wahid maka sebentar lagi akan muncul PKB versi ketiga, setelah versi Yeni Wahid dan Muhaimin Iskandar," kata Syamsuddin Pay di Palu, Selasa.
Menurut Syamsuddin, dalam waktu dekat Lily Wahid berencana menggelar Muktamar Islah dengan menghadirkan dua kubu PKB yakni PKB Muhaimin dan Yeni Wahid.
"Saya justru khawatir muktamar ini memunculkan lagi PKB versi baru," katanya.
Syamsuddin menegaskan, apapun versi PKB yang muncul, dirinya menganggap tidak ada PKB selain yang dipimpin Muhaimin Iskandar.
"Karena ini yang diakui secara konstitusi," kata Syamsuddin yang juga Ketua DPW PKB Sulteng itu.
Menurut dia, kontroversi PKB tersebut tidak berimbas secara politik di PKB Sulteng, juga tidak berdampak politik terhadap kerja-kerja PKB dalam memenangkan bakal calon gubernur yang diusung PKB bersama Partai Demokrat yakni Achmad Yahya - Ma`ruf Bantilan.
"Kalaupun ada imbasnya sangat kecil sekali," katanya.
Dia mengatakan, belajar dari sejarah partai politik di Indonesia, partai sempalan yang lahir tidak akan mampu menyaingi kebesaran partai induknya.
"PKNU tidak akan mampu menyaingi PKB. Begitu juga beberapa partai lain yang meninggalkan partai induknya, saya yakin sulit menyamai partai induknya," katanya.
Karena itu kata dia, PKB tidak akan pernah dikalahkan oleh partai lain yang merupakan sempalan partai itu.
Menurut Syamsuddin, meskipun PKB hanya mendapat satu kursi di DPRD Sulteng tetapi posisi PKB juga sejajar dengan posisi partai lain yang mendapat perolehan kursi banyak di DPRD.
"Meskipun Demokrat mendapat enam kursi, PKB satu, tetapi kami sejajar dalam mendukung bakal calon gubernur yang diusung," katanya.
Dia mengatakan, deklarator PKB, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), telah mengajarkan banyak kepada politisi PKB untuk berdiri sejajar dengan politisi dari partai politik lainnya.
Sementara itu, untuk memenangkan bakal calon gubernur yang diusung PKB bersama Demokrat, DPW PKB Sulteng menggelar konsolidasi kader partai di salah satu hotel di Palu. (A055/S024/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
