Jakarta (ANTARA News) - Sebuah film berjudul "Wholetrain" karya sutradara Florian Gaag yang mengenalkan kehidupan komunitas grafiti (seni melukis di dinding) Jerman diputar di Goethe Institute, Jakarta, Selasa malam.

Acara pemutaran film tersebut juga dihadiri sutradara film Florian Gaag.

Pascapemutaran film tersebut, Florian Gaag, di hadapan penonton menjelaskan bahwa film buatannya itu dilakukan dengan menekankan beberapa pesan yang ingin disampaikannya melalui film itu yaitu kehidupan komunitas grafiti, budaya grafiti di Eropa terutama Jerman, dan semangat kompetisi yang jujur (fair) di tengah aktivitas ilegal mereka.

"Sangat senang bisa mengenalkan budaya grafiti ini di seluruh dunia, sambutan terhadap film ini cukup baik di beberapa tempat yang telah saya kunjungi sebelumnya," kata Gaag.

Film yang sempat mendapat beberapa penghargaan di berbagai festival film internasional itu mengisahkan tentang sebuah kelompok geng grafiti yang beranggotakan David, Tino, Elyaas dan Achim, menetapkan dunia grafiti dengan hirarki, nilai-nilai, peraturan dan kode mereka sendiri.

Setiap malam mereka beraksi, menghiasi kereta bawah tanah kota mereka dengan gambar-gambar yang semarak, demi sebuah kebanggaan kelompok dan unjuk kemampuan serta kreatifitas melakukan coretan, dengan nyawa yang menjadi pertaruhan mereka.

Beberapa konflik dan perwatakan kuat dari karakter dalam film itu serta latar belakang tokoh yang beragam, menunjukkan kepiawaian Gaag dalam menggiring antusiasme penonton untuk menyimak dengan seksama film layar lebar pertamanya itu.

Selalu di batas ilegalitas dan dikejar-kejar polisi, cerita para tokoh film itu berkisar di sekitar penaklukan ruang-ruang urban, persahabatan, gairah dan kreatifitas yang besar sekali.

"Situasi di Jerman saat ini telah berbeda dengan apa yang digambarkan di film, pemerintah sangat keras dalam pemberian sanksi terhadap pelaku vandalisme seperti itu," kata Gaag.

"Para seniman jalanan seperti mereka kehilangan tempat berkreasi, sangat sulit mendapat ruang untuk mengekspresikan karya mereka." kata pria yang cukup terkenal di dunia grafiti Munchen dan sempat aktif melukis sampai tahun 1990-an.

Florian Gaag lahir pada 1971 di Waldsassen, namun dibesarkan di Bamberg, ketika berusia 13 tahun keluarganya pindah ke Munchen, hal itulah yang menjadikan alasan mengapa produksi film tersebut dilakukan di kota Munchen, Jerman dan kota Warsawa, Polandia.

"Awalnya sulit sekali untuk mendapatkan izin pembuatan film, butuh waktu dua tahun sebelum akhirnya film itu berhasil dibuat," kata Gaag yang menjawab pertanyaan tentang mengapa kedua kota tersebut menjadi tempat pengambilan gambar.

"Kami bahkan sempat mendapat penolakan dari seluruh perusahaan transportasi di Eropa, bukan hanya Jerman," katanya yang menggambarkan betapa sulitnya proses perizinan itu.

Gaag yang kuliah film di Tisch School of Arts New York University antara tahun 1995 dan 2000, juga sempat mengerjakan banyak film pendek di New York seperti "Prelude", "Greg`s Cabin" dan "Jack & Sterling". (PPT/Z002/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011