Surabaya (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengapresiasi pilihan Nahdlatul Ulama (NU) untuk tidak berkoalisi dengan pemerintah.

Presiden, saat memberikan sambutan dalam pembukaan Kongres XIV GP Ansor di Surabaya, Kamis, mengatakan bahwa NU konsisten dengan komitmennya untuk tidak berkoalisi dengan pemerintah dan tetap sesekali memberikan kritik bagi pemerintah untuk bangsa dan negara.

"Sesekali juga memberikan dukungan bagi pemerintah untuk melaksanakan tugasnya bagi seluruh kepentingan bangsa," katanya seraya menambahkan bahwa ada saat-saat  pemerintah membutuhkan dukungan seluruh komponen bangsa untuk keberhasilan bersama.

Menurut Presiden, sebagai salah satu bentuk penghormatannya pada NU ia sempat menjaga jarak dari NU pada pemilihan Presiden 2008-2009.

"Karena (saya) tidak ingin NU tertarik (terbawa--red) dalam urusan politik," katanya.

Kepala Negara juga memuji NU dan GP Ansor yang lebih suka berkarya daripada berkata-kata.

NU dan GP Ansor, kata Presiden adalah penegak dan pengamat empat pilar kehidupan bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika atau persatuan dalam kemajemukan.

Pada kesempatan itu Presiden juga berharap agar para kader GP Ansor menjalankan kongres secara demokratis dan bermartabat.

"Dalam kongres akan ada pemilihan ketua umum baru, saya ingin ini dilakukan secara demokratis dalam semangat persaudaraan," ujarnya.

Menurut Presiden, hal itu adalah kekuatan dan budaya warga Nahdatul Ulama.

"Jangan berubah," katanya.

Pembukaan kongres tersebut ditandai dengan pemukulan bedug oleh Presiden Yudhoyono yang didampingi oleh Ketua Umum GP Ansor Syaifullah Yusuf, Ketua Umum PBNU KH Said Agil S dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Menpora Andi Mallarangeng.

Presiden Yudhoyono melakukan kunjungan kerja dua hari, 13-14 Januari ke Surabaya untuk membuka Kongres XIV GP Ansor dan mencanangkan Gerakan Nasional Penanganan Anomali-Iklim Petani Indonesia.
(G003/P004/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011