Basra, Irak (ANTARA News/AFP) - Dua-belas tersangka anggota kelompok Al-Qaeda di Irak melarikan diri dari sebuah penjara di wilayah selatan negara itu pada Jumat pagi, kata polisi.

"Dua-belas anggota Al-Qaeda melarikan diri pada jam-jam awal pagi dari sebuah penjara di pusat kota Basra", kata seorang polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Orang-orang ini dituduh terlibat dalam serangan-serangan yang dilancarkan di Basra belum lama ini," katanya, menunjuk pada ledakan bom mobil 8 November di Basra, kota utama wilayah selatan yang terletak sekitar 450 kilometer sebelah selatan Baghdad, yang menewaskan 10 orang dan melukai 30 lain.

Kelompok itu termasuk diantara mereka yang ditangkap sekitar dua pekan setelah serangan tersebut namun belum diadili.

Polisi di Basra, ibukota provinsi Basra, melakukan operasi besar-besaran untuk menangkap pelaku serangan itu, dengan memeriksa rumah-rumah berdekatan dan mendirikan sejumlah pos pemeriksaan, kata wartawan AFP di kota itu.

Meski dianggap sebagai salah satu provinsi yang paling aman di Irak, serangan-serangan masih terus terjadi di wilayah itu, dan pemboman November termasuk serangan yang terbesar.

Sehari sebelumnya, Kamis, tiga ledakan bom di dekat masjid di Baghdad pusat dan utara menewaskan dua orang, sementara orang-orang bersenjata membunuh seorang pemilik toko permata, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011