Jakarta (ANTARA) -
Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam (BEM PTAI) bersilaturahim dengan Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman di Mako Kostrad, Jakarta, Rabu.
 
Kedatangan BEM PTAI tersebut untuk ber-tabayun atau meminta penjelasan kepada Pangkostrad terkait adanya isu TNI disusupi PKI.
 
"Kami tabayun kepada Bapak Dudung Abdurachman mengenai adanya isu di luar seperti TNI disusupi PKI. Bagi kami sebagai kalangan intelektual isu tersebut tidak masuk akal dan masyarakat sudah cerdas," kata Sekjen BEM PTAI Yayan Septiadi dalam keterangan tertulisnya.
 
Menurut dia, Letjen TNI Dudung Abdurachman merupakan bapak atau orang tua yang harus dihormati oleh generasi muda.

Baca juga: Marsekal Hadi tak mau berpolemik soal penyusupan PKI di tubuh TNI

Baca juga: Kostrad bantah menghilangkan patung Soeharto dan AH Nasution
 
"Kalau ada yang ngomong TNI disusupi PKI pernyataan ngawur dan tidak jelas. Kami langsung mengunjungi ke sana untuk melihat museum bahwa nilai-nilai sejarah masih utuh," ujar Yayan.
 
Dia mengatakan fitnah TNI disusupi PKI merupakan pembodohan masyarakat. Semua masyarakat mengetahui TNI menjalankan Sumpah prajurit Sapta Marga dan memegang teguh ideologi Pancasila, Negara kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945.
 
"Semua orang juga tahu sejarah G30S/PKI, tidak mungkin TNI disusupi PKI. Pernyataan seperti ini pembodohan masyarakat," ucap dia.
 
Menurut dia, saat TNI sudah solid dan bersinergi dengan Polri jangan dipecah belah oleh siapa pun. TNI dan Polri adalah pengayom serta selalu melindungi rakyat.
 
"TNI adalah tentara rakyat jadi untuk rakyat dan oleh rakyat jangan dipecah belah dengan isu murahan. Bangsa Indonesia ini sedang melaju dan ingin tumbuh menjadi negara besar," kata Yayan menegaskan.
 
Sebelumnya, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menduga adanya penyusupan kembali pendukung PKI ke tubuh TNI.
 
Indikasi itu dibuktikan dengan diputarkannya video pendek yang menggambarkan hilangnya sejumlah bukti-bukti penumpasan G30S/PKI di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021