Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) menargetkan realisasi total investasi PMA-PMDN pada 2011 sebesar Rp240 triliun, meningkat sekitar 15 persen dibanding realisasi investasi 2010 sebesar Rp208,5 triliun.

"Target realisasi investasi 2011 dicapai melalui penyempurnaan kebijakan yang terkait dengan investasi, peningkatan pelayanan, pemberian fasilitas fiskal bagi penanaman modal serta percepatan pembangunan infrastruktur," kata Kepala BKPM Gita Wirjawan, di Gedung BKPM, Jakarta, Minggu.

Menurut Gita, pertumbuhan investasi pada 2011 merupakan kelanjutan dari melonjaknya realisasi investasi di tanah air pada 2010 yang tumbuh signifikan 54,2 persen menjadi Rp208,5 triliun, dari sebelumnya Rp135,2 triliun.

Gita menuturkan, pada 2011 iklim investasi akan sangat tergantung pada situasi politik dan ekonomi dalam negeri yang belakangan ini sangat kondusif.

Pertumbuhan ekonomi dapat terjaga pada kisaran 6-6,5 persen, tingkat inflasi pada kisaran 6-7 persen, akan memberikan sinyal positif bagi investor.

Minat investor terutama asing untuk masuk ke dalam negeri, ditambahkan Gita, terus meningkat tercermin dari realisasi investasi PMA dari waktu ke waktu.

Pada tahun 2010 nilai investasi PMA tercatat sebesar Rp148 triliun, naik 52 persen dibandingkan 2009 sebesar Rp97,4 triliun.

Saat yang sama, investasi PMDN juga melonjak menjadi Rp60,5 triliun, naik dari sebelumnya Rp37,8 triliun.

Gita menggambarkan, optimisme meningkatnya realisasi investasi 2011 terlihat dari minat investor asing, seperti Korea Selatan, India, dan sejumlah negara Timur Tengah.

Gita menambahkan, sejak kerja sama Pohang Steel and Iron Company (Posco), Korea Selatan dengan PT Krakatau dengan investasi sampai dengan Rp6 triliun, banyak perusahaan asal "Negeri Ginseng" itu menyampaikan minat untuk menanamkan modal di Indonesia.

Salah satunya adalah Hancook Corp, perusahaan produsen ban pada 2011-2014 siap menggelontorkan dana hingga 1,2 miliar dolar AS untuk mengembangkan pabrik ban di Bekasi, Jawa Barat.

"Saya rasa, Posco merupakan memomentum meningkatnya investor Korea Selatan di Indonesia," katanya menegaskan.

Demikian halnya dengan India, yang setidaknya sebanyak 15 perusahaan antara lain, Tata, Adani Grup, Reliance Power, dan GBK, akan investasi sekitar 15 miliar dolar AS.

Investor yang sudah melakukan komitmen investasi siap masuk ke sektor infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api, pelabuhan laut, dan pelabuhan udara.

Mereka juga masuk dalam industri manufaktur, pembuatan kapal, industri smelter atau pabrik pengolahan alumina, dan tambang batubara.

Selain Korea Selatan dan India, investor asal China juga akan meningkat. Sesungguhnya, kata dia, banyak investor dari negara lain seperti China yang sudah masuk ke Indonesian, namun umumnya tidak langsung karena masih melalui negara ketiga, seperti Hongkong, Singapura.

Investasi dari pengusaha China misalnya, selama tahun 2009 mencapai 65,5 juta dolar AS, meningkat menjadi 173 juta dolar AS pada 2010.
(R017/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011