Jakarta (ANTARA News) - Aksi pengumpulan koin untuk Presiden Susilo Bambang  Yudhoyono (SBY) yang dilakukan oleh anggota DPR dinilai hanya sebagai "sirkus politik" dan mencari sensasi. Di mana, penggalan pidato Presiden SBY pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menghadiri Rapim TNI/Polri di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (21/1) lalu, yang mengatakan belum naiknya gaji presiden selama tujuh tahun telah dipelintir dan dijadikan konsumsi publik.

"Anggota DPR kurang kerjaan saja. Masih banyak kok perkerjaan yang harusnya mereka selesaikan. Jangan jadikan pidato Presiden kemarin sebagai 'dagelan politik'," kata Wakil Kertua Bidang Politik Komite 33 Jemmy Setiawan di Jakarta, Rabu.

Menurut Jemmy, pidato Presiden beberapa hari yang lalu telah diplintir oleh anggota DPR sedemikian rupa dan dijadikan konsumsi publik yang tidak berkualitas.

Dikatakannya, hal tersebut juga sangat mengherankan terhadap salah satu inisiator pengumpulan koin untuk Presiden bisa larut dalam "blafing politik" yang tidak bermutu. Ini adalah sebagai usaha untuk politik untuk mendelegitimasi pemerintah, paparnya.

"Langkah-langkah yang dilaukukan oleh para anggota DPR tersebut terkesan kacangan dan tidak bermutu," ujar Jemmy.

Namun menurut Jemmy, semoga upaya yang dilakukan oleh para anggota DPR tersebut bisa makskimal dan bisa memperoleh uang  banyak.

Jemmy menambahkan, Komite 33  juga akan melayangkan surat kepada Presiden SBY agar koin yang saat ini digalang oleh teman-teman di DPR  bisa disalurkan kepada korban lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Karena, para korban lumpur tersebut jauh membutuhkan bantuan ketimbang Presiden.

"Lebih tepat jikja koin untuk presiden yang digalang oleh DPR saat di salurkan kepada korban lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Karena kasus mereka tidak pernah terselesain," demikian Jemmy.

Komite 33 merupakan salah satu Organisasi masyarakat (Ormas) yang mendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pada Pilpres tahun 2009 lalu.(*)
(R009/AR09)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011