Yogyakarta (ANTARA News) - Fase erupsi besar Merapi telah berlalu dan status gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu pun telah diturunkan ke level waspada.

Namun giliran bahaya sekunder dari erupsi tersebut, yaitu banjir lahar dingin, yang menghantui masyarakat sekitar aliran sungai yang berhulu di Merapi.

Karena itu pemerintah diminta menetapkan zona bahaya sekunder erupsi Gunung Merapi, karena ada banyak permukiman padat penduduk sekitar sungai yang berhulu di Merapi yang terancam banjir lahar dingin. Jelas itu membahayakan warga.

Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Langgeng Wahyu Santosa menilai pemerintah juga perlu menetapkan zona luberan lahar di sekitar area yang terkena awan panas dan aliran lahar erupsi Merapi pada 1911 hingga 2010. Jarak aman dari luberan lahar adalah 500 meter dari aliran lahar.

"Pemerintah daerah juga diharapkan segera menyosialisasikan peta sebaran awan panas dan lahar dingin. Selain itu, penyusunan tata ruang wilayah juga diharapkan memperhatikan bahaya Gunung Merapi," katanya.

Menurutnya, selama musim hujan ini, tujuh sungai di DIY dan Jawa Tengah rawan terkena banjir lahar dingin.

Tujuh sungai itu adalah Sungai Tlising, Sungai Blongkeng, Sungai Woro, dan Sungai Pabelan di Jawa Tengah, serta Sungai Code, Sungai Gendol dan Sungai Kuning di DIY.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyebutkan, pada erupsi besar yang terjadi sejak 26 Oktober hingga 5 November 2010, material vulkanik yang dikeluarkan Merapi mencapai 140 juta meter kubik dan itu tersebar di seluruh sungai yang berhulu di gunung tersebut.

Material vulkanik itu akan meluncur ke bawah saat hujan deras terjadi di puncak Merapi. Gawatnya, itu baru akan habis terbawa air hujan, jika sudah mengalami tiga kali musim hujan.

Sejak beberapa waktu lalu hujan deras sering mengguyur kawasan puncak Merapi dan seperti telah diperkirakan sebelumnya, hujan deras itu meluruhkan materil vulkanik yang menumpuk di hulu sungai di puncak Merapi.

Akibatnya banjir lahar dingin pun melanda sejumlah wilayah di Kota Yogyakarta yang dilewati Sungai Code karena sungai itu adalah kepanjangan dari Sungai Boyong yang berhulu di Merapi.

Tetap luber

Meskipun bibir sungai telah ditinggikan dengan karung-karung pasir, tetap saja air bercampur pasir meluber dan masuk ke sejumlah rumah penduduk. Sebagian warga terpaksa mengungsi saat banjir lahar dingin di Sungai Code beberapa waktu lalu.

Banjir lahar dingin juga merusak sejumlah rumah warga lereng Merapi dan memutus beberapa jembatan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dampak banjir lahar dingin lebih parah terjadi di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jalan utama Magelang-Yogyakarta di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, terpaksa ditutup delapan kali karena lahar dingin dari Sungai Putih meluber untuk kemudian menutup jalan.

Jalan tersebut dibuka kembali setelah pasir dan batu yang terbawa aliran air sungai dibersihkan dengan menggunakan alat berat. Namun lebar jalan menyempit karena badan jalan tergerus lahar dingin.

Akhirnya jalan itu terpaksa ditutup beberapa waktu lalu karena tidak bisa lagi dilewati kendaraan. Arus kendaraan dari Yogyakarta menuju Magelang dan sebaliknya dialihkan melalui Purworejo dan Surakarta.

Banjir lahar dingin di Kabupaten Magelang juga mengakibatkan banyak rumah warga tidak dapat dihuni lagi karena tertutup pasir. Ribuan orang terpaksa mengungsi.

Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah berencana menyiapkan sungai baru aliran lahar dingin Merapi di Dusun Gulon, Desa Jumoyo, agara luapan lahar tidak tumpah ke jalan raya Magelang-Yogyakarta.

Menko Kesra Agung Laksono mengatakan aliran lahar di Sungai Putih di Desa Jumoyo akan dipecah menjadi dua yakni melalui alur lama dan alur baru. Untuk sementara di atas sungai baru tersebut akan dibangun jembatan bailey.  Setelah itu akan dibangun jembatan permanen.

Jika banjir lahar dingin terjadi lagi, dua aliran yakni melalui alur lama dan alur baru telah dipersiapkan sehingga lahar tidak lagi meluap ke jalan raya.

Selain itu, akan ada program pemulihan bagi korban lahar dingin seperti korban erupsi Merapi.

"Akan dilakukan program pemulihan ekonomi seperti korban erupsi Merapi bagi penyelamatan salak pondok, bekerjasama dengan pemerintah daerah," kata Agung saat meninjau wilayah bencana korban lahar dingin dan pengungsi korban lahar dingin di "shelter box" Lapangan Jumoyo, bersama Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, Menteri Pertanian Suswono, Wakil Menteri PU Hermanto Dardak, dan Kepala BNPB Samsul Ma`arif.

Agung mengatakan, korban lahar dingin yang tengah di pengungsian akan dibangunkan tempat hunian sementara, sedangkan warga yang rumahnya rusak akibat terjangan lahar dingin akan memperoleh bantuan dari pemerintah.

Dinding beton

Untuk mencegah kerusakan badan jalan semakin parah akibat tergerus banjir lahar dingin Merapi, di Jalan Magelang-Yogyakarta di Dusun Gulon, Desa Jumoyo, akan dipasang dinding beton.

Budi Sudirman, petugas Pembuat Komitmen Kebijakan Bina Marga Wilayah Magelang Selatan, mengatakan pemasangan dinding beton untuk menyangga proses pengaspalan dan memperkuat badan jalan.

Ia mengatakan 49 dinding beton akan ditanam dengan kedalaman enam meter. Setiap dinding beton memiliki ketebalan 40 sentimeter, lebar satu meter, dan tinggi 12 meter.

"Mudah-mudahan dengan pemasangan dinding beton badan jalan akan lebih kuat sehingga tidak tergerus jika terjadi banjir lahar susulan," katanya.

Empat aliran sungai berhulu di Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang akan dipasangi kamera pemantau banjir lahar dingin. Kamera-kamera itu dipasang di alur Sungai Putih, Sungai Batang, Sungai Senowo, dan Sungai Lamat.

"Pemasangan tersebut telah dilakukan oleh petugas Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dan sekarang masih dalam proses penyempurnaan," kata petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Ngepos, Kecamatan Srumbung, Retijono,

Ia mengatakan, banjir di empat aliran sungai itu dapat dipantau dari posnya karena gambar hasil tangkapan kamera dipancarkan dan dipantau melalui layar komputer di tempatnya.

N002/Z003

Oleh Nusarina
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011