Jayapura (ANTARA) - Cabang olahraga dayung akan memperebutkan tujuh emas di tujuh nomor berbeda pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang berlangsung di Teluk Youtefa, Kota Jayapura, pada Kamis siang WIT

Pertandingan final pertama akan dibuka lewat nomor Lightweight Woman Single Sculls (LW1X). Ada enam kontingen yang akan memperebutkan medali emas pada nomor tersebut yakni Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jambi, Maluku, Sumatera Selatan, dan DKI Jakarta.

Berlanjut ke final kedua akan memperebutkan emas pada nomor Lightweight Men's Double Sculls (LM2X) yang diikuti Sulawesi Tenggara, Papua, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, dan Jambi.

Baca juga: Peraih emas dayung PON Papua masih didominasi atlet pelatnas

Kemudian Women's Single Sculls (W1X) yang akan diikuti Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Maluku, dan Sulawesi Tengah.

Perebutan emas keempat pada nomor Lightweight Men's Four (LM4-) yang akan diikuti Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Lalu, Women's Pairs (W2-) diikuti Papua, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, dan Papua Barat.

Berlanjut ke Men's Double Scull (M2X) diikuti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Papua.

Medali ketujuh pada nomor Women's Four Sculls (W4X) diikuti Papua, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Maluku, dan DKI Jakarta.

Baca juga: Jawa Barat boyong tiga emas dayung slalom PON Papua

Perlombaan dayung sempat mengalami kendala akibat hujan lebat disertai angin kencang yang melanda Kota Jayapura pada Rabu malam hingga Kamis pagi WIT.

Panitia penyelenggara terpaksa harus menunda hingga tiga jam dari jadwal semua.

"Kami terpaksa menunda hingga tiga jam. Kami harus membersihkan arena lintasan karena ada sampah yang terbawa ke lintasan dayung," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PB PODSI Brata Tryana Hardjosubroto saat ditemui di gelanggang dayung.

Baca juga: Dayung antarkan atlet Sulawesi Tengah masuk final PON XX Papua

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021